Inilah alasan mengapa daun afrika segar yang dilalap mentah, jauh lebih manjur ketimbang yang diolah dengan berbagai alat, cara, dan teknologi. Penelitian ini membuktikan bahwa komponen yang terkandung dalam setiap sel daun afrika BERKURANG akibat pengolahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi nano menghasilkan kandungan yang lebih banyak daripada teknologi ekstraksi konvensional. Secara logika, dapatlah dibuat hipotesis bahwa yang terkandung sesungguhnya pada daun segar bitter leaf ini jauh lebih banyak lagi. Karena itu sebaiknya setiap rumah memiliki pohonnya minimal sebatang dan mengonsumsi daunnya minimal selembar sehari.
tunas 2 minggu setelah dipangkas |
ANALISA PROFIL KROMATOGRAM DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina
Del.) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
ABSTRAK
Nano teknologi adalah salah satu teknologi tinggi dan baru,
serta berkembang di dunia saat ini. Teknologi ini sangat mendorong perkembangan
obat-obatan biologik dan peningkatan ketersediaan biologik obat herbal. Daun
Afrika (Vernonia amygdalina Del.) merupakan salah satu jenis tanaman yang
banyak diteliti belakangan ini, salah satu manfaat daun Afrika adalah secara
tradisonal digunakan sebagai obat antidiabetes. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan jumlah komponen pada ekstrak etanol nanopartikel dan
ekstrak etanol serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan Kromatografi
Lapis Tipis. Nanopartikel daun Afrika diperoleh dari LIPI Bogor, simplisia daun
Afrika dimaserasi dengan pelarut etanol 96%.
Pembuatan nanopartikel menggunakan alat HEM E3D (High Energy
Milling – Ellipse 3D Motion). Karakterisasi nanopartikel daun Afrika ditentukan
dengan pengukur ukuran partikel atau Particle Size Analyzer (PSA), dan
mikroskop elektron payaran atau Scanning Electron Microscopy (SEM). Skrining
fitokimia terhadap serbuk simplisia meliputi pemeriksaan golongan senyawa
alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin, dan steroida/triterpenoida.
Kemudian dilakukan pemeriksaan jumlah komponen nanopartikel dan serbuk
simplisia daun Afrika menggunakan metode KLT. Pemeriksaan jumlah komponen
dilakukan sesuai dengan golongan metabolit sekunder yang diperoleh dari hasil
skrining fitokimia. Golongan flavonoid dielusi menggunakan fase gerak etil
asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air (100:11:11:26), golongan saponin
dielusi menggunakan fase gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air
(100:11:11:26), golongan tannin dielusi menggunakan fase gerak kloroform:asam
asetat glasial:metanol:air (64:32:12:8) dan golongan glikosida dielusi
menggunakan etil asetat:metanol:air (100:13,5:10).
Hasil penelitian menunjukkan nanopartikel mempunyai rerata
distribusi ukuran 785.6 ± 182.5 nm. Hasil skrining fitokimia menunjukkan serbuk
simplisia mengandung senyawa flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan
steroida. Hasil pemeriksaan jumlah komponen ekstrak etanol nanopartikel
danekstrak etanol serbuk simplisia golongan flavonoid pada masing-masing 24
komponen dan 20 komponen, golongan saponin masing-masing 20 komponen dan 12
komponen, golongan tanin masing-masing 24 komponen dan 20 komponen, dan
golongan glikosida masing-masing 17 komponen dan 10 komponen. Hal ini
menunjukkan ekstrak etanol nanopartikel daun Afrika memiliki jumlah komponen
yang lebih banyak daripadaekstrak etanol serbuk simplisia
Kata kunci: Nano partikel, daun Afrika, ekstrak etanol,
kromatografi lapis tipis.