Jumat, 09 September 2016

Cara Mengolah Daun Afrika yang Lebih Manjur

Inilah alasan mengapa daun afrika segar yang dilalap mentah, jauh lebih manjur ketimbang yang diolah dengan berbagai alat, cara, dan teknologi. Penelitian ini membuktikan bahwa komponen yang terkandung dalam setiap sel daun afrika BERKURANG akibat pengolahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi nano menghasilkan kandungan yang lebih banyak daripada teknologi ekstraksi konvensional. Secara logika, dapatlah dibuat hipotesis bahwa yang terkandung sesungguhnya pada daun segar bitter leaf ini jauh lebih banyak lagi. Karena itu sebaiknya setiap rumah memiliki pohonnya minimal sebatang dan mengonsumsi daunnya minimal selembar sehari.
tunas 2 minggu setelah dipangkas

ANALISA PROFIL KROMATOGRAM DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Del.) MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
ABSTRAK
Nano teknologi adalah salah satu teknologi tinggi dan baru, serta berkembang di dunia saat ini. Teknologi ini sangat mendorong perkembangan obat-obatan biologik dan peningkatan ketersediaan biologik obat herbal. Daun Afrika (Vernonia amygdalina Del.) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak diteliti belakangan ini, salah satu manfaat daun Afrika adalah secara tradisonal digunakan sebagai obat antidiabetes. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah komponen pada ekstrak etanol nanopartikel dan ekstrak etanol serbuk simplisia daun Afrika yang diuji dengan Kromatografi Lapis Tipis. Nanopartikel daun Afrika diperoleh dari LIPI Bogor, simplisia daun Afrika dimaserasi dengan pelarut etanol 96%.
Pembuatan nanopartikel menggunakan alat HEM E3D (High Energy Milling – Ellipse 3D Motion). Karakterisasi nanopartikel daun Afrika ditentukan dengan pengukur ukuran partikel atau Particle Size Analyzer (PSA), dan mikroskop elektron payaran atau Scanning Electron Microscopy (SEM). Skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloida, flavonoida, glikosida, saponin, tanin, dan steroida/triterpenoida. Kemudian dilakukan pemeriksaan jumlah komponen nanopartikel dan serbuk simplisia daun Afrika menggunakan metode KLT. Pemeriksaan jumlah komponen dilakukan sesuai dengan golongan metabolit sekunder yang diperoleh dari hasil skrining fitokimia. Golongan flavonoid dielusi menggunakan fase gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air (100:11:11:26), golongan saponin dielusi menggunakan fase gerak etil asetat:asam formiat:asam asetat glasial:air (100:11:11:26), golongan tannin dielusi menggunakan fase gerak kloroform:asam asetat glasial:metanol:air (64:32:12:8) dan golongan glikosida dielusi menggunakan etil asetat:metanol:air (100:13,5:10).
Hasil penelitian menunjukkan nanopartikel mempunyai rerata distribusi ukuran 785.6 ± 182.5 nm. Hasil skrining fitokimia menunjukkan serbuk simplisia mengandung senyawa flavonoida, glikosida, saponin, tanin dan steroida. Hasil pemeriksaan jumlah komponen ekstrak etanol nanopartikel danekstrak etanol serbuk simplisia golongan flavonoid pada masing-masing 24 komponen dan 20 komponen, golongan saponin masing-masing 20 komponen dan 12 komponen, golongan tanin masing-masing 24 komponen dan 20 komponen, dan golongan glikosida masing-masing 17 komponen dan 10 komponen. Hal ini menunjukkan ekstrak etanol nanopartikel daun Afrika memiliki jumlah komponen yang lebih banyak daripadaekstrak etanol serbuk simplisia

Kata kunci: Nano partikel, daun Afrika, ekstrak etanol, kromatografi lapis tipis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar