Selasa, 21 April 2015

Daun afrika Terbaik Dikembangkan di Bandung

Tatar Bandung bisa menjadi kawasan ideal pengembangan daun afrika ini. Kebanyakan orang berpikir bahwa tanaman ini cocok di tempat panas, dataran rendah. Yang terpikir soal afrika adalah daerah panas yang bikin gosong. Padahal di afrika tropis ada puncak gunung Kilimanjaro dengan es abadi.
Mengapa Tatar Bandung penting bagi usaha tani pohon daun afrika?

  • Di habitat aslinya pohon daun afrika ini tumbuh pada ketinggian lebih dari 1500 m dpl. Bandung kota hanya plus minus 700 m dpl, sesungguhnya masih kurang ideal. Di halaman saya, perdu berkayu ini mampu berbunga, waktunya di sekitar akhir tahun, tetapi gagal berbuah. Bunga-bunga mengering setelah semerbak sejenak. Di tempat yang rendah, seperti Jakarta dan Tangerang serta Medan, hampir semua pemilik pohon, tidak pernah melihat pohon daun afrika miliknya berbunga. Wangi bunga berwarna putih ini mirip melati tetapi lebih lembut dan kurang merebak. Jika mendapatkan lahan ideal, pohon daun afrika ini akan berbuah, dan orang akan berebut mencoba khasiat afrodisiak, obat kuat, gitu.

bunga pohon daun afrika, putih dan wangi mirip melati

  • Bandung tempat bercokol beberapa perguruan tinggi yang memiliki kompetensi terkait pengembangan produk dan produksi. Ada ITB yang merupakan perintis pendidikan sains di Indonesia; ada Unpad yang fakultas farmasinya cukup eksis dalam menghasilkan formula obat herbal terstandar; ada Unpas yang bidang teknologi pangannya cukup menonjol. Jadi tidak ada alasan daun afrika tidak sukses di Bandung
  • Pada level perdagangan, di Bandung juga banyak toko herbal dan jamu yang telah lahir dan tumbuh puluhan tahun, masing-masing memiliki pelanggan yang bejibun, tidak hanya warga kota, tetapi datang dari luar kota. Salasatu yang terkenal, sudah tumbuh 3 generasi, adalah toko bahan jamu Babah Kuya. Keberadaan toko-toko besar ini mempermudah akses kepada para pengobat alternatif atau pengguna langsung daun afrika.
  • Komunitas kreatif sudah menjadi ciri unggul Bandung, utamanya dalam sektor kuliner, makanan dan minuman. Daun afrika membutuhkan “darah segar” ide dan gagasan pemanfaatan. Daunnya yang amat pahit ini sering menjadi kendala, sekalipun bagi mereka yang benar-benar ingin sembuh dari penyakit. Mungkin merupakan potensi bisnis bisa menyajikan daun afrika dalam menu sup atau minuman hangat yang nikmat.

Sekarang ini produk berbahan baku daun afrika sudah mulai diterima masyarakat. Pada umumnya masih sederhana dalam bentuk teh herbal. Para produsen dan pedagang mulai menggeliat di Medan, Batam, Jakarta, dan Jawa Barat. Di Amerika Serikat pun, produk yang mampu dimasyarakatkan baru bentuk teh herbal ini.

Daun afrika ini masih luas kemungkinan pengembangan produk. Selain teh herbal, baik dengan simplisia segar (saya lebih suka), maupun pun kering, telah dicoba memroduksi sabun muka dengan kandungan virgin coconut oil dan ekstrak daun afrika. Beberapa teman dekat yang mencobanya, melaporkan kesan positif atas produk ini. Umumnya melaporkan baik untuk mengatasi jerawat. Berikutnya akan diproduksi krim wajah
Daun afrika menjadi sabun wajah

Selain itu, bagi yang tidak suka rasa pahit daun afrika segarnya jika dilalab, atau tidak bisa menikmati aroma teh herbalnya yang menyengat, saya mencoba melakukan inovasi produksi teh herbal difermentasi. Khasiatnya diperkuat.
Daun afrika menjadi minuman kesehatan fungsional
Yang mutakhir, ada penemuan baru ekstrak daun afrika Vernonia amygdalina ini, yang rasanya tidak terlalu pahit, aromanya lebih lembut, dan warnanya eksotik. Biasanya teh herbal warnanya kuning termasuk teh daun afrika, tetapi penemuan baru, yang sedang dalam proses pendaftaran HaKI, warnanya hijau zambrut. Cantiknya.
Ekstrak ajaib pohon daun afrika

1 komentar: