Dia, yang terlihat awet muda ini, tidak tahu nama dan manfaat sebenarnya dari tanaman perdu ini, yang bisa mencapai tinggi 5 meter. Waktu itu saya berpikir mungkinkah tanaman ini jawaban atas pertanyaan saya yang nyinyir soal rahasia kesehatan tubuhnya. Di usianya yang mendekati 90 tahun, ia tampak seperti wanita usia 60 tahunan, masih bisa bekerja keliling dunia, dengan tugas yang sangat berat untuk wanita seusia dia: baby sitter. Ia sudah menyambangi USA, Aussie, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan entah negara mana lagi yang belum sempat dia ceritakan.
Sesampainya di rumah kami, stek-stek bibit bertunas itu ditanam di halaman rumah yang terbilang sempit. Dijajar tepat di samping pagar, agar sekalian nantinya menjadi pagar hidup, persiapan menggantikan pagar besi itu, saat suatu hari keropos dan rubuh. Enam bulan kemudian potongan-potongan sejengkal itu sudah tumbuh mencapai ketinggian 2 meter, dengan batang yang masih hijau dan lunglai. Setelah setahun, pohon ini tumbuh lebih tinggi, dengan daun yang hijau dan subur. Sayangnya, saya belum tahu nama, manfaat, dan prospek tanaman ini.
Yang pasti rasanya pahit minta ampun, tetapi jika dikuat-kuatkan untuk melumatnya, lama-kelamaan muncul rasa dan sensasi manis. Saya percaya tanaman ini berkhasiat dan berpotensi menghebohkan dunia pertanaman. Karena itu saya keberatan saat istri meminta menebangnya karena bentuknya yang kurang elok untuk tanaman "etalase" rumah, dan tidak jelas "masa depan"nya.
Untunglah, akhirnya misteri terungkap saat saya berkunjung ke rumah seorang teman. Di pekarangannya juga tumbuh sebatang pohon serupa. Langsung saya tanya. Dia bilang ini tanaman sudah heboh di mancanegara. Namanya pohon daun afrika selatan; bisa menyembuhkan kanker dan diabetes. Hah?!
Memerlukan waktu 6 bulan untuk saya menelusuri nama asli dan nama ilmiah. Di dunia maya kita tidak menemukan informasi memadai dengan hanya mengetik daun afrika selatan atau south africa leaf. Saya sudah bertanya kepada 2 ahli sistematika tumbuhan di perguruan tinggi, mereka pun menemukan jalan buntu. Dengan memaksakan diri membaca situs berhuruf mandarin, akhirnya saya menemukan bahwa tanaman ini bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del. Dengan terungkapnya jatidiri tumbuhan ini, maka dengan mudah kita menemukan laporan jurnal-jurnal ilmiah dan medis yang mengupas posisi, peran-fungsi, kandungan zat aktif, serta yang terpenting manfaat medis bagi manusia.
Kendala rasa pahit coba diatasi. Daun-daun dibuat menjadi teh, dengan daun segar maupun kering. Sisa daun masih terasa pahit, sayang belum diperoleh resep untuk mengolahnya. Rasa teh juga masih kurang sedap.
Upaya lain adalah memasukkan daun, yang telah dikeringkan dan dibuat serbuk, ke dalam kapsul. Suatu ketika saya mencoba memfermentasi teh herbal daun afrika. Eureka! Ketemu cara nikmat memperoleh sehat dengan daun afrika: minuman fermentasi yang diberinama Frink.
Minuman ini rasanya manis, masam, pahit, dengan proporsi seimbang. Tentu saja memerlukan percobaan dan FGD (focus group discussion) untuk menentukan adonan rasa yang paling banyak diterima konsumen. Kegiatan icip-icip kepada tetangga dan teman adalah rutinitas sampai formula produksi yang tepat ditetapkan sebagai SOP (standard operational procedure).
Beberapa teman yang mencoba rasa dan khasiatnya memberikan laporan. Efek yang paling dominan dan bersifat konsisten, kata mereka, adalah enak tidur dan menyembuhkan insomnia. Yang lain mengatakan bangun tidur segar dan stamina terjaga untuk bekerja sepanjang hari.
Manfaat medis belum banyak yang melaporkan, karena memang kebanyakan yang mencoba minuman ini bukanlah dengan motif berobat. Mereka sekadar mau mencoba saja, melunasi rasa penasaran. Sementara ini saya percayakan mengenai khasiat itu dari jurnal medis dan klinis. Yang penting daun afrika ini mulai berguna sebagai bisnis.
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar