Daun afrika merupakan anti-piretik (penurun panas) yang luar biasa dahsyat. Pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) jelas terasa bahwa setiap kali meminum teh herbal dengan 3 lembar daun afrika, panas tinggi langsung drastis menurun. Penurunan suhu tubuh ini mengikuti keluarnya keringat yang membanjir, baju dan sprei basah kuyup.
Perlu dijaga agar tubuh tidak kekurangan cairan (dehidrasi) akibat keringat yang terkuras setelah meminum teh hangat daun afrika. Caranya jaga jumlah air yang diminumkan, sebaiknya elektrolit oralit setiap kali si penderita bangun tidur. Iya, setelah minum teh daun afrika, tidur pun enak,
Seiring dengan perlakuan ini, pasien tetap dijaga nutrisinya. Daya tahan tubuh yang akan melawan menghancurkan virus DBD. Kita tahu belum ada obat atau vaksin untuk melawan virus mematikan ini. Dulu dokter tetangga saya merekomendasikan propolis yang dihasilkan lebah dari pucuk pohon poplar. Dia memastikan propolis itu sudah melalui evidence-based study. Sekarang sayangnya tidak ada lagi. Seorang doktor lulusan IPB mengakui propolis asal Indonesia tidak mengandung zat anti-virus. Berbeda dengan propolis impor.
Kembali ke daun afrika, selain berkhasiat sebagai anti-piretik/penurun panas yang kuat, juga mengandung aneka nutrisi. Harus diakui zat terkandung dalam daun afrika belum dibuktikan keampuhan dan keandalannya melawan virus DBD. Harapan bisa digantungkan pada keberadaan paten produk kompleks herbal daun afrika di USA yang diklaim sebagai anti-virus. Masih misterius.
Daun afrika mungkin setara dengan segala herbal. Wow gila daun afrika terletak juga pada kemudahan pemanfaatannya. Yang terbaik adalah dengan lalap mentah. Hanya pada pesakitan yang lemah saja kita mengupayakan dalam bentuk teh herbal yang terasa tidak terlalu pahit. Tambahkan madu untuk meningkatkan palatabilitas, lebih bisa diterima indera perasa. Selain itu memang madu sudah terkenal mengandung zat gizi untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Dalam seminggu ini ada 3 orang kenalan saya yang keluarganya dijangkiti demam berdarah. Semua menjadi parah dan harus dirawat di rumah sakit. Berbeda halnya dengan anak-anak saya yang tatkala terjangkit DBD dicekoki teh daun afrika. Anak-anak tidak terlalu rewel, suhu tubuh cepat menurun, dan trombosit lebih cepat kembali normal. Sekali lagi, memang bukan hanya daun afrika. Saya selalu tambahkan asupan propolis 10 tetes langsung di-drop ke bawah lidahnya, setiap jam.
Cuma berani saya jamin, jika tanpa bantuan teh daun afrika, anak akan lebih rewel akibat panas dan nyeri kepala, dan sulit tidur. Dengan daun afrika, tidur lebih nyenyak, berarti istirahat lebih berkualitas yang akan berpengaruh pula pada peningkatan daya tahan tubuh secara alamiah. Daun yang sudah dijelaskan di atas, panas tubuhnya cepat turun.
Khasiat daun afrika bukan saja pada penyakit yang fatal begini. Kaum lansia sekarang makin mencari stek bibitnya untuk ditanam di halaman masing-masing karena kabar semakin banyak orang yang membuktikan khasiatnya mengatasi nyeri sendi. Tetangga sebelah, seorang ibu lansia, awalnya sholat harus duduk di kursi karena tidak lagi bisa berdiri setelah sujud akibat masalah persendian lutut. Dengan daun afrika dilalap selama 2 minggu, nyeri sendi sembuh, dan tidak pernah kumat lagi.
Tante dari pihak istri saya, seorang doktor kimia dan pengajar di UIN Sunan Gunung Jati, Bandung, juga melepas tongkatnya. Dia yang sering memberikan training dan seminar ke seluruh Indonesia juga tidak lagi memesan kursi roda kepada panitia. Sekarang ibu dari 2 orang dokter ini menjadi penggiat sosialisasi daun afrika di lingkungan keluarga dan teman.
Karena merupakan bagian dari pengobatan holistik, yang menyeluruh dari seluruh tubuh, sebaiknya jiwa dan raga, maka terapi menggunakan daun afrika ini direkomendasikan diiringi dengan kelengkapan nutrisi dari sayur dan buah, serta refleksi atau akupunktur. Sugesti juga sangat diperlukan. Pada penerapan pijat refleksi, tubuh setidaknya disadarkan bahwa tubuh telah kehilangan keseimbangan kesehatan. Tubuh mesti disadarkan bahwa dirinya sakit, dan disadarkan bahwa kondisi ini bisa dibalikkan (reversible). Sugesti harus diperkuat bahwa tubuh memiliki kekuatan penyembuhan sendiri otomatis. Yang perlu diupayakan adalah mendukung tubuh dengan bahan-bahan dan tindakan pemulihan.
Kesehtan mental juga menentukan keberhasilan penyembuhan. Daun afrika membantu menghilangkan atau menurunkan kecemasan. Tubuh boleh disadarkan kehilangan keseimbangan, tubuh disadarkan sakit, tetapi tidak perlu cemas. Daun afrika di sinilah posisi pentingnya.
Dilihat dari segala riwayat keunggulan dan kelemahan daun afrika, jelaslah lebih baik memposisikan daun afrika sebagai bahan herbal yang harus ada menyertai penggunaan bahan herbal lain maupun tindakan pengobatan non-medis lainnya.
Akhir kata, daun afrika telah meluas penggunaannya. Anda jangan ketinggalan terlalu jauh. Tanamlah 1-2 pohon daun afrika alias bitter leaf, yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina ini, di lahan sendiri. Daun afrika adalah apotek hijau terlengkap khasiatnya. Makanlah selembar sehari untuk menjaga kesehatan tubuh. Jika terlanjur sakit, Anda perlu mengulangi hingga 3 x sehari. Jika sakit berlanjut, hubungi dokter.
Daun Afrika Inovasi Nusantara DAIN usaha tani, pendidikan dan latihan (seminar, training, workshop), jual bibit stek daun afrika dengan harga Rp150.000 (12 batang) termasuk ongkos kirim pulau Jawa. Hubungi hotline DAIN Daun Afrika Inovasi Nusantara 081398251010 BB 5895a5bb Kebun percontohan Griya Bandung Indah B5-3 Tel 022-7533777 Bandung
Sabtu, 09 April 2016
Sabtu, 26 Maret 2016
Frink, Inovasi Industri Minuman Kesehatan Fungsional
Minuman Industri dan Kesehatan
Anda suka minuman teh dalam kemasan? Merk apa yang tadi Anda
beli? Kemasan botol atau plastik? Anda puas atau adakah harapan yang tidak
terpenuhi?
Sebagian orang menganggap minuman teh dalam kemasan terlalu
manis. Karena itu air gunung “doang” dalam kemasan masih menjadi pilihan utama
konsumen yang sedang dalam perjalanan.
Teh gula manis merisaukan orang, yang memiliki kesadaran dan
pengetahuan mengenai nutrisi, gizi, dan kalori. Manis bisa berisiko kena
kencing manis; kalori tinggi menyebabkan kegemukan atau pendek umur. Mereka
pikir begitu.
Inovasi
Lebih dari 10 tahun saya mencoba menawarkan inovasi industri
minuman teh dalam kemasan. Minuman Frink ini terdiri dari teh hijau asli, gula
asli, dan terkadung asam organik. Sama sekali tidak ada bahan kimia sintetik
seperti gula siklamat atau sakarin, tidak menggunakan aroma sintetik, dan tidak
menggunakan asam industri, serta tidak menggunakan pengawet makanan kimia.
Karena berasa masam, manis rendah, dan ada sensai pahit yang seimbang, minuman
ini lebih berasa sebagai jus.
Bahan-bahan alami dan diproduksi secara bioproses
menyebabkan minuman ini kaya khasiat herbal. Berbeda dengan minuman teh plus
jus buah dalam kemasan pada umumnya. Minuman teh dalam kemasan pada umumnya,
bahkan yang mengandung teh hijau super sekali pun, tidak memberikan efek
penyembuhan. Berbeda dengan Frink, semua konsumen merasakan manfaat kesehatan
dari teh sesuai dengan referensi kesehatan populer atau kitab pengobatan kuno.
![]() |
daun afrika diolah menjadi minuman fungsional |
Frink saat ini diproduksi sekadar untuk menjaga kesehatan
pribadi dan keluarga agar cukup umur saya untuk terus bermimpi dan melakukan
inovasi. Suatu hari nanti, saya yakin, akan menemukan formula yang sangat layak
secara industri.
![]() |
daun afrika menjadi minuman berkelas |
Frink, new paradigm on beverage industry
JUS DAUN AFRIKA DALAM PERSPEKTIF BLUE OCEAN STRATEGY
Beberapa tahun silam, dalam wisata pustaka ke Gramedia, saya
menemukan buku Blue Ocean Strategy. Setelah membeli dan
membaca karya W. Chan Kim dan Renée Mauborgn ini, saya pikir yang saya lakukan
sesuai dengan konsep yang diterbitkan oleh Harvard Business School Press pada
2005 itu. Frink, minuman yang dengan bioproses, diturunkan kalori dan derajat
kemanisannya oleh jasad renik dalam produksi, merupakan produk unik yang
menantang logika strategi industri minuman berbasis teh dalam kemasan.
Menurut Kim terdapat empat pertanyaan kunci untuk menantang
logika strategi dan model bisnis sebuah industri:
- Faktor apa saja yang harus dihapuskan dari faktor-faktor yang telah diterima begitu saja oleh industri? (Frink tidak mau menggunakan gula palsu, flavor, dan pengawet).
- Faktor apa saja yang harus dikurangi hingga dibawah standar industri? (Frink rendah kalori)
- Faktor apa saja yang harus ditingkatkan hingga di atas standar industri? (Frink mengandung asam organik hasil dari bioproses)
- Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus diciptakan? (Minuman yang nikmat, menyegarkan, dan MENYEHATKAN)
Saya akui, untuk benar-benar memenuhi konsep, strategi, dan
implementasi sebagai produk yang memasuki lautan biru kompetisi, saya mesti
banyak belajar, bereksperimen, melakukan focus group discussion (FGD) bersama
konsumen-konsumen captive dari produksi rumahan sekarang ini, dan tetap
berharap ada orang yang berkenan menjadi investor sekaligus mentor bisnis saya.
Doakan ya.
Segenap proses, produk, dan merk yang ditemukan sepanjang
perjalanan menggapai cita-cita yang terlalu tinggi ini, menurut saya melebihi
tujuan mencari uang dan membangun bisnis. Saya lebih terdorong oleh rasa
penasaran menikmati sesuatu yang terkandung dalam motto berbahasa latin Ars
longa vita brevis. Sangat terobsesi. Hidup ini singkat, karya itu abadi.
Sabtu, 12 Maret 2016
BATU GINJAL
SERBA SERBI SAKIT BATU GINJAL
Gambaran Singkat
Ginjal
adalah dua organ berbentuk kacang yang terletak di bawah dada Anda, satu di
setiap sisi tulang belakang. Ginjal berfungsi membuang kelebihan air dan limbah
dari darah menghasilkan urin. Ginjal juga memproduksi hormon dan menjaga
keseimbangan kadar garam dalam darah. Tabung sempit yang disebut ureter membawa
urin dari ginjal ke kandung kemih, suatu penampung berbentuk oval untuk urin di
perut.
Batu
ginjal merupakan suatu kondisi terbentuknya material keras yang menyerupai batu
di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam
darah yang dipisahkan ginjal yang kemudian mengendap dan mengkristal seiring
waktu.
Endapan
batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain
yang mendasari. Berdasarkan jenis-jenis batu ginjal, kondisi ini dapat dibagi
menjadi empat jenis utama, yaitu batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan
batu sistin.
Jenis
yang paling umum dari batu ginjal mengandung kalsium oksalat atau kalsium
fosfat. Jenis yang kurang umum dari batu ginjal, yang disebabkan oleh infeksi
pada saluran kemih, disebut batu struvite. Batu ginjal langka lainnya termasuk
batu asam urat dan batu cysteine.
Penyebab Batu Ginjal
Pembentukan
batu ginjal sebagai akibat dari urin dengan konsentrasi tinggi bahan kimia
tertentu (seperti kalsium, oksalat, fosfat, asam urat dan lain-lain) dan suatu
zat berkonsentrasi rendah yang menghentikan pembentukan batu (inhibitor kemih
seperti sitrat dan magnesium).
Infeksi
saluran kemih, gangguan ginjal seperti penyakit ginjal cystic, dan gangguan
metabolisme tertentu juga berhubungan dengan pembentukan batu ginjal.
Batu
kalsium oksalat mungkin juga dapat terbentuk pada orang penderita peradangan
usus kronis atau telah mengalami operasi usus bypass, atau operasi ostomy
(pembukaan dibuat di kulit sebagai cara untuk produk limbah meninggalkan
tubuh).
Faktor Risiko
Batu
ginjal lebih sering terjadi pada pria, dan paling sering antara usia 40 hingga
70 tahun. Begitu Anda memiliki lebih dari satu batu, maka cenderung terdapat
batu lain lagi.
Gejala Sakit Batu Ginjal
Gejala
batu ginjal bisa berupa nyeri pada pinggang, perut bagian bawah, dan
selangkangan. Selain rasa nyeri, gejala-gejala batu ginjal lainnya bisa berupa
muntah-muntah, menggigil dan demam.
Banyak
orang mungkin tidak merasakan gejala apapun. Gejala pertama dari batu ginjal
adalah rasa sakit yang parah, yang dimulai secara tiba-tiba ketika batu
bergerak dalam saluran kemih dan menghalangi aliran urin.
Biasanya,
Anda akan merasakan nyeri, kram tajam di punggung dan samping tubuh Anda, dan
sekitar daerah ginjal. Rasa sakit dapat berpindah ke perut bagian bawah
nantinya. Kadang Anda juga mungkin mengalami rasa mual hingga muntah.
Pada
saat batu ginjal bergerak dan tubuh mencoba untuk mendorongnya keluar, darah
dapat muncul dalam urin Anda yang membuat urin berwarna merah muda. Begitu batu
ginjal bergerak menuruni ureter menjadi lebih dekat dengan kandung kemih, Anda
mungkin akan menjadi lebih sering merasa perlu untuk buang air kecil atau
mengalami sensasi terbakar saat buang air kecil. Jika mengalami demam dan rasa
menggigil selain gejala-gejala tersebut, infeksi mungkin telah terjadi.
Penderita batu ginjal di Indonesia
Batu
ginjal merupakan penyakit yang jumlah penderitanya relatif tinggi di Asia,
khususnya di Indonesia. Menurut survei yang dilakukan oleh US Census Bureu pada
tahun 2004, jumlah penderita batu ginjal di Indonesia diperkirakan mencapai
876.000 orang. Batu ginjal merupakan kondisi yang cukup umum diderita oleh orang-orang
yang berusia 30 hingga 60 tahun. Penyakit ini lebih banyak diderita oleh pria
dibandingkan wanita.
Diagnosa
Dalam
mendiagnosis batu ginjal, pertama-tama dokter akan mencoba menggali keterangan
terlebih dahulu dari pasien seputar gejala-gejala yang dialaminya. Biasanya
dokter akan menanyakan apakah pasien pernah menderita batu ginjal sebelumnya,
memiliki riwayat keluarga berpenyakit sama, atau apakah belakangan pasien
sering mengonsumsi makanan atau suplemen yang bisa memicu terbentuknya batu
ginjal.
Setelah
keterangan lisan tersebut dikumpulkan, dokter akan melakukan sejumlah tes untuk
memastikan diagnosisnya jika diperlukan. Tes tersebut bisa berupa tes urin, tes
darah, dan pemeriksaan lewat citra gambar seperti intravenous urogram, CT scan,
dan X-ray.
USG rongga perut termasuk ginjal yang mengandung batu ginjalPencegahan Terbentuk/Membesarnya Batu Ginjal
Anda
akan cenderung untuk memiliki batu lain jika Anda memiliki lebih dari satu batu
ginjal. Oleh karena itu, pencegahan menjadi penting.
Asupan
air yang memadai. Jika Anda cenderung untuk menghasilkan batu lagi, cobalah
untuk minum cairan yang cukup sepanjang hari, setidaknya paling sedikit cukup
untuk menghasilkan dua liter urin.
Asupan Kalsium.
Dulu
orang yang cenderung menghasilkan batu kalsium disarankan untuk menghindari
produk susu dan makanan lain dengan kandungan kalsium tinggi. Studi terbaru
menunjukkan bahwa makanan tinggi kalsium, termasuk produk susu, mungkin malah
dapat membantu mencegah pembentukan batu kalsium. Wanita berusia lebih tua yang
mengkonsumsi suplemen kalsium untuk mencegah kehilangan tulang disarankan terus
melakukannya.
Asupan Oxalate
(zat
yang terjadi secara alamiah yang ditemukan dalam tanaman, hewan, dan manusia).
Jika Anda rentan dalam pembentukan batu kalsium Oxalate Anda mungkin diminta
oleh dokter Anda untuk membatasi atau menghindari makanan tertentu jika air
seni mengandung kelebihan Oxalate. Makanan yang memiliki jumlah sedang Oxalate
dapat dikonsumsi dalam jumlah terbatas.
Asupan Vitamin D
Anda
mungkin diminta untuk menghindari makanan dengan penambahan Vitamin D dan
beberapa jenis zat anti asam yang memiliki basis kalsium.
Asupan daging
Jika
Anda memiliki air kencing yang sangat asam Anda mungkin perlu makan lebih
sedikit daging, ikan, dan unggas karena jenis makanan ini meningkatkan jumlah
asam dalam urin
Pengobatan batu ginjal
Pengobatan
penyakit batu ginjal dibagi menjadi dua berdasarkan ukuran batu ginjalnya. Jika
batu ginjal masih tergolong kecil atau sedang, serta masih dapat melewati
saluran kemih tanpa harus dilakukan operasi, dokter biasanya akan menyarankan
pasien untuk minum air putih saja sesuai takaran yang disarankan. Dengan adanya
aliran cairan secara terus-menerus, diharapkan batu ginjal dapat terdorong
keluar dengan sendirinya.
Apabila
gejala yang dirasakan oleh pasien cukup mengganggu, biasanya dokter cukup
meresepkan obat pereda rasa sakit, misalnya parasetamol, ibuprofen atau kodein.
Penanganan
batu ginjal yang dengan operasi sangat jarang dilakukan. Langkah ini biasanya
baru akan diterapkan jika batu berukuran lebih besar sehingga menyumbat saluran
kemih pasien. Apabila tidak segera ditangani, dikhawatirkan kondisi tersebut
dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih parah seperti pendarahan atau
bahkan kerusakan ginjal.
Sebagian
besar batu ginjal kecil dapat keluar lewat sistem saluran kemih dengan banyak
minum air – 6-8 gelas sehari - untuk membantu mengeluarkan batu bersama air
kemih. Untuk batu yang lebih besar, pilihan pengobatan yang tersedia sebagai
berikut:
Terapi medis
Obat-obat
tertentu dapat membantu mencegah pembentukan batu kalsium dan batu asam urat
dengan mengendalikan jumlah asam atau alkali dalam urin yang merupakan faktor
penentu dalam pembentukan kristal. Obat allopurinol (untuk mengobati asam urat
kronis) juga dapat berguna dalam beberapa kasus Hyperuricosuria dimana asam
urat kimia keluar dalam jumlah besar dalam urin.
Pengobatan melalui bedah
Ada
tiga cara untuk mengobati batu ginjal menggunakan bedah. Termasuk dibawah ini:
- 1. Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). Anda berbaring di mesin khusus yang menghasilkan gelombang kejut. Gelombang kejut yang dibuat di luar tubuh dan masuk melalui jaringan kulit dan tubuh sampai mereka berhenti pada batu yang lebih padat. Batu-batu tersebut terurai menjadi partikel kecil yang keluar dengan mudah lewat saluran kemih dalam urin. ESWL biasanya dilakukan secara rawat jalan. Waktu pemulihan yang relatif singkat, dan kebanyakan orang dapat melanjutkan kegiatan normal dalam beberapa hari kemudian. Namun banyak orang akan melihat ada darah dalam urin mereka selama beberapa hari setelah perawatan. Komplikasi dapat terjadi dengan prosedur ESWL. Terdapatnya memar dan sedikit ketidaknyamanan di daerah punggung atau perut akibat gelombang kejut. Untuk mengurangi risiko komplikasi, pasien biasanya diberitahu untuk menghindari aspirin dan obat-obatan lainnya yang mempengaruhi pembekuan darah selama beberapa minggu sebelum pengobatan. Kadang partikel batu yang hancur menyebabkan penyumbatan kecil dari saluran kemih yang memerlukan penempatan stent (sebuah tabung kecil jala yang digunakan untuk mengobati arteri sempit atau lemah) ke dalam ureter untuk membantu keluarnya potongan-potongan kecil tersebut. Jika batu ginjal tidak sepenuhnya hancur dengan satu pengobatan, pengobatan lanjutan sejenis mungkin diperlukan
- 2. Percutaneous nephrolithotomy (PCNL). PCNL sering digunakan ketika ukuran batu cukup besar atau di lokasi yang tidak memungkinkan untuk penggunaan efektif ESWL. Dalam prosedur ini, ahli bedah membuat sayatan kecil di bagian belakang tubuh yang menghasilkan sebuah terowongan langsung ke ginjal. Dokter bedah menggunakan suatu nephroscope (instrumen dimasukkan ke dalam sayatan di dalam panggul ginjal untuk melihat bagian dalam ginjal) untuk menemukan dan mengeluarkan batu. Sebuah tabung kecil yang disebut tabung nephrostomy akan ditinggal dalam ginjal selama beberapa hari. Keuntungan dari prosedur percutaneous nephrolithotomy adalah bahwa beberapa potongan kecil batu ginjal dapat dikeluarkan secara langsung, bukan semata-mata mengandalkan cara keluar alami mereka dari ginjal.
- 3. Prosedur pengeluaran batu Ureteroscopic. Ureteroscopy (prosedur yang melibatkan penggunaan perangkat kecil yang fleksibel atau kaku yang disebut ureteroscope untuk melihat dan mengeluarkan batu ginjal) mungkin diperlukan untuk batu-batu ureter bagian tengah dan bawah. Dokter bedah menggunakan ureteroscope, suatu instrumen serat optik kecil, melalui uretra dan kandung kemih ke ureter untuk mencari dan memotong batu dengan energi laser dan mengeluarkannya dengan suatu keranjang mirip kurungan. Sebuah stent kecil dapat dibiarkan dalam ureter selama beberapa minggu untuk memperlancar aliran urin.
Minggu, 07 Februari 2016
Daun Afrika Bitter Leaf: The top five benefits
NATURAL NEWS
Studies conducted at the University of Texas have concluded that
incorporating bitter leaf into your routine diet could reduce risk factors for
such health conditions as breast cancer and type II diabetes. It is normal for
African cuisine to contain bitter leaf as an ingredient. Even though it is
called bitter, the taste is actually described as having a mild flavor. Bitter
leaf carries several health benefits for many people around the globe who
consume it regularly.
Even though many people are very familiar with bitter leaf, this type of food ingredient may be completely
new to others. This food will grow anywhere, unlike other leaves that require
specific temperatures and locations in order to maintain growth. Therefore,
these leaves are able to flourish in any location.
Bitter leaf: The top five benefits
Battles against breast cancer
According to BreastCancer.org, over 10 percent of all American females will develop breast cancer. In order to lower
chances of developing breast cancer, maintaining a healthy weight, remaining
physically active and maintaining a healthy diet are a few things that you can
do. Adding bitter leaf in addition to that routine may also lessen the risk of
breast cancer, according to the February 2004 edition of Experimental Biology
and Medicine.
Lowers cholesterol
Using a bitter leaf extract supplement on animals during a study decreased bad (LDL) cholesterol by
nearly half, while simultaneously raising good (HDL) cholesterol levels. There
are no studies, however, providing a definitive determination of how bitter
leaf will effect a human body's cholesterol levels.
Lymphatic cleanse
If you are a smoker or someone who is breathing second hand smoke, using bitter leaf is helpful for acting
as a shield against the pollutants that pour from cigarettes while burning.
Through the consumption of bitter leaf juice, smokers and those breathing
second hand smoke can help protect themselves against the health dangers
associated with the habit.
Contains essential fatty acids
It is important for a person's diet to contain linolenic and linoleic acid, because the body is unable to
make them. Bitter leaf is able make these fats. According to a study in the
American Journal of Clinical Nutrition, when people consumed large quantities
of linolenic and linoleic acid, they were at the lowest risk for cardiovascular
disease when compared to those who did not.
High in antioxidants
Oxidation is constantly assaulting your system's cells. If this is left unchecked, precancerous cell formation could possibly arise. According to research conducted by and published in Food Chemistry, there are antioxidant properties found in bitter leaf that, when added to a person's diet, offer excellent disease-fighting properties.While use of bitter leaf is not considered a cure-all, it does have proven benefits. The research studies listed above have proven that the benefits of adding bitter leaf to your diet on a routine basis outweigh any doubts that may exist.
Sources:
http://www.nigerianfoodtv.com
http://allafrica.comhttp://tribune.com.ng
http://wwwfabafriq.com
http://science.naturalnews.com
About the author: Sandeep is an mountain climber, runner, and fitness coach. He shares his tips for staying in shape and eating healthy on quickeasyfit.
Sabtu, 26 Desember 2015
Tes Sidik Jari Untuk Kepribadian Anak Ternyata Pseudo Sains alias Palsu
Sebagai sarjana sains dan pengalaman dalam bidang biomedik dan pendidikan, sejak awal saya sudah sangsi soal kesahihan dan keandalan test sidik jari untuk mengetahui kepribadian anak. Kepada seorang sahabat saya menyatakan bahwa kebenaran dari "permainan" itu setara dengan astrologi, ilmu nujum!
Jika Anda tidak percaya saya akan memandu Anda untuk menemukan kebenaran melalui browsing semua jurnal Psikologi di internet. Hasilnya menakjubkan, ada sekitar 40.000 tulisan yang mengandung kata “finger print”. Langsung saya cari judul-judul yang kira-kira terkait dengan sidik jari dalam hubungannya dengan bakat, kepribadian, atau kecerdasan anak. Hasilnya: NIHIL!
Pakar psikologi Indonesia Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, yang anggota dari Asosiasi Psikologi Amerika (APA), menyatakan jika menggunakan kata kunci Dermatoglyphic (Dermato artinya kulit, Glyphs artinya ukiran, jadi kulit yang berukiran) ada satu keluaran, yaitu tulisan berjudul “Neurodevelopmental Interactions Conferring Risk for Schizophrenia: A Study of Dermatoglyphic Markers in Patients and Relatives”, oleh Avila, Matthew T.; Sherr, Jay; Valentine, Leanne E.; Blaxton, Teresa A.; Thaker,
Gunvant K. dalam Schizophrenia Bulletin, Vol 29(3), 2003, halaman 595-605. Jadi tulisan yang satu ini pun hanya tentang hubungan antara gejala sakit jiwa skhizoprenia (yang dipercaya merupakan penyakit turunan) dengan pola sidik jari (yang juga merupakan bawaan), Sebaliknya, dari Google didapat banyak sekali keluaran setelah memasukkan kata kunci “sidik jari”. Bahkan ada website-nya sendiri. Hampir semuanya berceritera tentang keilmiahan metode analisis kepribadian dengan test Sidik Jari ini. Bahkan ada iklan promo yang menawarkan test Sidik jari “hanya” untuk Rp 375.000 per anak. Sisanya adalah testimoni dari orang-orang yang pernah mencoba test yang katanya pelaksanaannya sangat mudah. Sedangkan salah satu kalimat promosi mereka adalah bahwa “Analisa sidik jari memiliki tingkat akurasi lebih tinggi daripada metode pengukuran lain. Klaim akurasi 87%”. (Tentu saja perhitungannya tidak dalam bentuk paper ilmiah).
Upaya manusia untuk mempelajari jiwa sudah berawal sejak zaman Socrates, 400 thn sebelum Masehi, dan melalui perjalanan sejarah yang panjang sekali, serta mendapat masukan dari berbagai ilmu, termasuk ilmu faal dan kedokteran, serta matematika, Wilhelm Wundt baru menyatakan Psikologi sebagai Ilmu yang mandiri pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman (versi Amerika oleh William James, di sekitar tahun yang sama di Universitas Harvard).
Pasca kelahirannya, Psikologi berkembang terus, termasuk mengupayakan berbagai teknik dan metode untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, termasuk test IQ, minat, sikap, bakat, emosi dan seterusnya. Kemajuannya sangat langkah-demi-langkah, tidak ada yang langsung meloncat, dan sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, setiap kemajuan, temuan atau kritik selalu dilaporkan dalam jurnal-jurnal dan seminar-seminar psikologi seluruh dunia. Karena itulah maka langkah pertama saya adalah mengecek jurnal ilmiah Psikologi untuk memastikan apakah test Sidik Jari ini termasuk metode yang diakui dalam Psikologi atau tidak.
Di sisi lain, teknik analisis sidik jari juga sudah berembang sejak 1800an. Tahun 1880 Dr Henry Faulds melaporkan tentang sistem klasifikasi yang dibuatnya untuk mengidentifikasi seseorang. Tahun 1901 teknik yang disebut Daktiloskopi ini digunakan di Inggris, 1902 di Amerika digunakan di kalangan pegawai negeri, 1905 di Angkatan darat AS, dan sejak 1924 mulai dipakai oleh FBI. Tetapi semuanya adalah untuk menentukan identitas fisik seseorang. Misalnya, apakah benar sidik jari yang ditinggalkan pelaku di TKP (Tempat Kejadian Perkara) perampokan adalah milik si Fulan. Sebelum ditemukan system DNA, Daktiloskopi lah yang menjadi andalan Polisi. Namun di kemudian hari, nampaknya teknik analisis Sidik Jari yang awalnya hanya untuk identifkasi fisik, berkembang menjadi teknik identifikasi psikis (kejiwaan) juga.
Ilmuwan Inggris Sir Francis Galton yang masih sepupu Sir Charlis Darwin adalah penganut teori evolusi. Dia percaya bahwa kepribadian ditentukan oleh bakat-bakat yang dibawa sejak lahir dan bakat-bakat itu terukir di sidik jari setiap orang. Maka ia menerbitkan buku “Finger prints” (1888) dan memperkenalkan klasifikasi sidik jari yang dihubungkan dengan klasifikasi kepribadian.
Pasca Galton, nampaknya Dermatoglyphs semakin berkembang dan diyakini sebagai ilmu pengetahuan yang sahih, lengkap dengan buku-buku dan jurnal-jurnal “ilmiah” mereka sendiri. Kalau kita cari di Google, dengan kata kunci Dermatoglyphs akan keluar lebih dari 70.000 informasi, tetapi semuanya di luar komunitas ilmu psikologi. Dengan demikian Dermatoglyphs sebenarnya adalah pseudo science (ilmu semu) dari psikologi.
"ILMU" BOHONGAN LAINNYA
Ilmu semu lain dalam psikologi yang banyak kita kenal adalah Astrologi (banyak di majalah-majalah wanita dan remaja, Palmistri (ilmu rajah tangan, yang ketika saya mahasiswa sering saya pakai untuk merayu mahasiswi-mahasiswi Fakultas Sastra sambil meraba-raba tangannya),
Numerologi (meramal atau menjodohkan orang dengan menggunakan angka-angka tanggal lahir dsb.), Tarrot (dengan menggunakan kartu-kartu) dan masih banyak lagi. Semua itu mengklaim diri sebagai ilmu, lengkap dengan literatur dan teknik masing-masing, dan memang nampaknya sahih dan canggih betul (ada yang putus dari pacar gara-gara bintangnya tidak cocok).
Tetapi ada satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh semua ilmu semu, yaitu tidak bisa diverifikasi teorinya. Dalam Astrologi, misalnya, tidak pernah bisa dibuktikan hubungan antara singa yang galak, dengan bintang Leo. Apalagi membuktikan manusia berbintang Leo dengan sifatnya yang galak (banyak juga cewek Leo yang jinak-jinak merpati, loh!).
Dalam hal ilmu Sidik Jari, sama saja. Tidak bisa diverifikasi bagaimana hububnannya antara sidik jari (bawaan) dengan sifat, minat, perilaku, apalagi jodoh dan karir, bahkan kesalehan seseorang yang merupakan hasil dari ratusan variable seperti factor sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, lingkungan alam, dan sebagainya, walaupun juga termasuk sedikit faktor bawaan.
Pandangan bahwa kepribadian ditentukan oleh fator bawaan (nativisme) sudah lama ditinggalkan oleh Psikologi . Teori yang berlaku sekarang adalah bahwa kepribadian ditentukan oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Karena itu untuk memeriksanya diperlukan proses yang panjang (metode psikodiagnostik, assessment) dan duit yang lumayan banyak.
Karena itu Dr Sarlito tidak pernah menyarankan orang untuk ikut psikotes kalau hanya untuk ingin tahu. Buang-buang duit. Tetapi lebih sia-sia lagi kalau buang duit untuk tes Sidik Jari. Dr Budi Matindas, psikolog (UI) menerangkannya jauh lebih simpel: sidik jari permanen dari lahir sampai mati. Jiwa/kepribadian berubah terus dari bayi sampai tua. Bagaimana sesuatu yang berubah bisa berkorelasi dengan sesuatu yang tidak pernah berubah?
Jika Anda tidak percaya saya akan memandu Anda untuk menemukan kebenaran melalui browsing semua jurnal Psikologi di internet. Hasilnya menakjubkan, ada sekitar 40.000 tulisan yang mengandung kata “finger print”. Langsung saya cari judul-judul yang kira-kira terkait dengan sidik jari dalam hubungannya dengan bakat, kepribadian, atau kecerdasan anak. Hasilnya: NIHIL!
Pakar psikologi Indonesia Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, yang anggota dari Asosiasi Psikologi Amerika (APA), menyatakan jika menggunakan kata kunci Dermatoglyphic (Dermato artinya kulit, Glyphs artinya ukiran, jadi kulit yang berukiran) ada satu keluaran, yaitu tulisan berjudul “Neurodevelopmental Interactions Conferring Risk for Schizophrenia: A Study of Dermatoglyphic Markers in Patients and Relatives”, oleh Avila, Matthew T.; Sherr, Jay; Valentine, Leanne E.; Blaxton, Teresa A.; Thaker,
Gunvant K. dalam Schizophrenia Bulletin, Vol 29(3), 2003, halaman 595-605. Jadi tulisan yang satu ini pun hanya tentang hubungan antara gejala sakit jiwa skhizoprenia (yang dipercaya merupakan penyakit turunan) dengan pola sidik jari (yang juga merupakan bawaan), Sebaliknya, dari Google didapat banyak sekali keluaran setelah memasukkan kata kunci “sidik jari”. Bahkan ada website-nya sendiri. Hampir semuanya berceritera tentang keilmiahan metode analisis kepribadian dengan test Sidik Jari ini. Bahkan ada iklan promo yang menawarkan test Sidik jari “hanya” untuk Rp 375.000 per anak. Sisanya adalah testimoni dari orang-orang yang pernah mencoba test yang katanya pelaksanaannya sangat mudah. Sedangkan salah satu kalimat promosi mereka adalah bahwa “Analisa sidik jari memiliki tingkat akurasi lebih tinggi daripada metode pengukuran lain. Klaim akurasi 87%”. (Tentu saja perhitungannya tidak dalam bentuk paper ilmiah).
Upaya manusia untuk mempelajari jiwa sudah berawal sejak zaman Socrates, 400 thn sebelum Masehi, dan melalui perjalanan sejarah yang panjang sekali, serta mendapat masukan dari berbagai ilmu, termasuk ilmu faal dan kedokteran, serta matematika, Wilhelm Wundt baru menyatakan Psikologi sebagai Ilmu yang mandiri pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman (versi Amerika oleh William James, di sekitar tahun yang sama di Universitas Harvard).
Pasca kelahirannya, Psikologi berkembang terus, termasuk mengupayakan berbagai teknik dan metode untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, termasuk test IQ, minat, sikap, bakat, emosi dan seterusnya. Kemajuannya sangat langkah-demi-langkah, tidak ada yang langsung meloncat, dan sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, setiap kemajuan, temuan atau kritik selalu dilaporkan dalam jurnal-jurnal dan seminar-seminar psikologi seluruh dunia. Karena itulah maka langkah pertama saya adalah mengecek jurnal ilmiah Psikologi untuk memastikan apakah test Sidik Jari ini termasuk metode yang diakui dalam Psikologi atau tidak.
Di sisi lain, teknik analisis sidik jari juga sudah berembang sejak 1800an. Tahun 1880 Dr Henry Faulds melaporkan tentang sistem klasifikasi yang dibuatnya untuk mengidentifikasi seseorang. Tahun 1901 teknik yang disebut Daktiloskopi ini digunakan di Inggris, 1902 di Amerika digunakan di kalangan pegawai negeri, 1905 di Angkatan darat AS, dan sejak 1924 mulai dipakai oleh FBI. Tetapi semuanya adalah untuk menentukan identitas fisik seseorang. Misalnya, apakah benar sidik jari yang ditinggalkan pelaku di TKP (Tempat Kejadian Perkara) perampokan adalah milik si Fulan. Sebelum ditemukan system DNA, Daktiloskopi lah yang menjadi andalan Polisi. Namun di kemudian hari, nampaknya teknik analisis Sidik Jari yang awalnya hanya untuk identifkasi fisik, berkembang menjadi teknik identifikasi psikis (kejiwaan) juga.
Ilmuwan Inggris Sir Francis Galton yang masih sepupu Sir Charlis Darwin adalah penganut teori evolusi. Dia percaya bahwa kepribadian ditentukan oleh bakat-bakat yang dibawa sejak lahir dan bakat-bakat itu terukir di sidik jari setiap orang. Maka ia menerbitkan buku “Finger prints” (1888) dan memperkenalkan klasifikasi sidik jari yang dihubungkan dengan klasifikasi kepribadian.
Pasca Galton, nampaknya Dermatoglyphs semakin berkembang dan diyakini sebagai ilmu pengetahuan yang sahih, lengkap dengan buku-buku dan jurnal-jurnal “ilmiah” mereka sendiri. Kalau kita cari di Google, dengan kata kunci Dermatoglyphs akan keluar lebih dari 70.000 informasi, tetapi semuanya di luar komunitas ilmu psikologi. Dengan demikian Dermatoglyphs sebenarnya adalah pseudo science (ilmu semu) dari psikologi.
"ILMU" BOHONGAN LAINNYA
Ilmu semu lain dalam psikologi yang banyak kita kenal adalah Astrologi (banyak di majalah-majalah wanita dan remaja, Palmistri (ilmu rajah tangan, yang ketika saya mahasiswa sering saya pakai untuk merayu mahasiswi-mahasiswi Fakultas Sastra sambil meraba-raba tangannya),
Numerologi (meramal atau menjodohkan orang dengan menggunakan angka-angka tanggal lahir dsb.), Tarrot (dengan menggunakan kartu-kartu) dan masih banyak lagi. Semua itu mengklaim diri sebagai ilmu, lengkap dengan literatur dan teknik masing-masing, dan memang nampaknya sahih dan canggih betul (ada yang putus dari pacar gara-gara bintangnya tidak cocok).
Tetapi ada satu hal yang tidak bisa dipenuhi oleh semua ilmu semu, yaitu tidak bisa diverifikasi teorinya. Dalam Astrologi, misalnya, tidak pernah bisa dibuktikan hubungan antara singa yang galak, dengan bintang Leo. Apalagi membuktikan manusia berbintang Leo dengan sifatnya yang galak (banyak juga cewek Leo yang jinak-jinak merpati, loh!).
Dalam hal ilmu Sidik Jari, sama saja. Tidak bisa diverifikasi bagaimana hububnannya antara sidik jari (bawaan) dengan sifat, minat, perilaku, apalagi jodoh dan karir, bahkan kesalehan seseorang yang merupakan hasil dari ratusan variable seperti factor sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, lingkungan alam, dan sebagainya, walaupun juga termasuk sedikit faktor bawaan.
Pandangan bahwa kepribadian ditentukan oleh fator bawaan (nativisme) sudah lama ditinggalkan oleh Psikologi . Teori yang berlaku sekarang adalah bahwa kepribadian ditentukan oleh pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Karena itu untuk memeriksanya diperlukan proses yang panjang (metode psikodiagnostik, assessment) dan duit yang lumayan banyak.
Karena itu Dr Sarlito tidak pernah menyarankan orang untuk ikut psikotes kalau hanya untuk ingin tahu. Buang-buang duit. Tetapi lebih sia-sia lagi kalau buang duit untuk tes Sidik Jari. Dr Budi Matindas, psikolog (UI) menerangkannya jauh lebih simpel: sidik jari permanen dari lahir sampai mati. Jiwa/kepribadian berubah terus dari bayi sampai tua. Bagaimana sesuatu yang berubah bisa berkorelasi dengan sesuatu yang tidak pernah berubah?
Minggu, 01 November 2015
Jual Daun Afrika di Ibukota Asia-Afrika Bandung
Minggu ini cukup banyak interaksi informasi melalaui BBM, inbox Facebook, SMS, WA, dan Messenger menanyakan ihwal daun afrika. Sebanyak lebih dari 80 persen ingin membeli kapsul dan teh daun afrika, 10 persen menanyakan cara memperoleh bibit. Selebihnya yang 10 persen sisanya menanyakan hal-hal lain terkait tumbuhan multi khasiat ini, seperti literatur, uji klinis, efek samping, asal usul, dll.
Pada dasarnya saya mampu menyediakan semua bentuk produk dari tumbuhan yang aslinya bernama ilmiah Vernonia amygdalina ini. Mulai dari lalapan, olahan kuliner, minuman fungsional, kapsul serbuk daun, simplisia berupa daun segar, daun kering, bunga, kulit batang, dll. Aneka foto dengan model cantik atau public figure pun bisa saya sediakan. Yang sedang dalam riset serius adalah ekstrak untuk sediaan kosmetika medis dengan nano-tecnology.
Hanya saja di tahap sekarang ini saya memfokuskan diri utamanya menyediakan bibit murah dalam bentuk stek batang. Mengapa? Karena hasil penelitian dan testimoni dari mereka yang mengonsumsi produk-produk tadi untuk kesehatan tubuh menunjukkan bahwa daun segar lalapan memberikan efek khasiat terbaik. Produksi lainnya yang sudah rutin berputar adalah dalam bentuk sabun wajah anti jerawat (didukung penelitian PTN ternama di Sumatra) dan serum anti aging untuk awet muda (didukung tim marketing produk kecantikan untuk dokter-dokter dan klinik kecantikan).
Saya memang lebih senang bila untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan, pemanfaatan daun afrika ini melalui daun segarnya. Artinya masyarakat perlu memiliki kebun atau sekumpulan pot untuk apotik hijau keluarga. Testimoni dari saudara, teman, tetangga dan kerabat lainnya menunjukkan kehebatan daun afrika segar sangat nyata. Kapsul serbuk pernah diproduksi dan diujicobakan, tetapi hasil positifnya hanya bagi konsumen lansia (di atas 60 tahun). Kebanyakan responden menyatakan tidak merasakan hasil penting selama batas waktu yang ditetapkan, yaitu selama 2 minggu konsumsi rutin setiap hari 3 x 1 kapsul per hari.
Khasiat yang menjadi parameter uji meliputi gejala-gejala nyeri sendi, tekanan darah tinggi, migrain, insomnia, kadar gula tinggi (diabetes), dan lumpuh pasca stroke. Setiap responden diuji untuk hanya 1 gejala saja. Hasilnya luar biasa. Ternyata daun afrika segar memiliki spektrum khasiat yang sangat luas. Sebanyak 100 % penderita radang sendi mengalami kesembuhan; 50% penderita tekanan darah tinggi mengalami kesembuhan; 100% penyandang insomnia sembuh; 100% penderita migrain sembuh; 43% penderita diabetes sembuh; belum ada kesembuhan penderita lumpuh pasca stroke.
Sekali lagi, prestasi daun afrika ini hanya diperoleh jika menggunakan daun segar alami, yang dilalap langsung, tanpa diproses kecuali pencucian saja.
Pada dasarnya saya mampu menyediakan semua bentuk produk dari tumbuhan yang aslinya bernama ilmiah Vernonia amygdalina ini. Mulai dari lalapan, olahan kuliner, minuman fungsional, kapsul serbuk daun, simplisia berupa daun segar, daun kering, bunga, kulit batang, dll. Aneka foto dengan model cantik atau public figure pun bisa saya sediakan. Yang sedang dalam riset serius adalah ekstrak untuk sediaan kosmetika medis dengan nano-tecnology.
Hanya saja di tahap sekarang ini saya memfokuskan diri utamanya menyediakan bibit murah dalam bentuk stek batang. Mengapa? Karena hasil penelitian dan testimoni dari mereka yang mengonsumsi produk-produk tadi untuk kesehatan tubuh menunjukkan bahwa daun segar lalapan memberikan efek khasiat terbaik. Produksi lainnya yang sudah rutin berputar adalah dalam bentuk sabun wajah anti jerawat (didukung penelitian PTN ternama di Sumatra) dan serum anti aging untuk awet muda (didukung tim marketing produk kecantikan untuk dokter-dokter dan klinik kecantikan).
Saya memang lebih senang bila untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan, pemanfaatan daun afrika ini melalui daun segarnya. Artinya masyarakat perlu memiliki kebun atau sekumpulan pot untuk apotik hijau keluarga. Testimoni dari saudara, teman, tetangga dan kerabat lainnya menunjukkan kehebatan daun afrika segar sangat nyata. Kapsul serbuk pernah diproduksi dan diujicobakan, tetapi hasil positifnya hanya bagi konsumen lansia (di atas 60 tahun). Kebanyakan responden menyatakan tidak merasakan hasil penting selama batas waktu yang ditetapkan, yaitu selama 2 minggu konsumsi rutin setiap hari 3 x 1 kapsul per hari.
![]() |
Daun afrika diolah dalam beragam produk |
Sekali lagi, prestasi daun afrika ini hanya diperoleh jika menggunakan daun segar alami, yang dilalap langsung, tanpa diproses kecuali pencucian saja.
Daun afrika sebagai serum wajah herbal alami |
Selain menjual daun afrika dalam bentuk stek bibit, konsentrasi kami juga diarahkan pada pengembangan produk-produk lanjutan, dengan visi pengembangan pasar global. Selain terbukti khasiatnya melalui pengujian ilmiah, produk yang dihasilkan juga harus andal. Agar mampu bersaing dengan produk pendahulu dan produksi luar negeri, maka sebisa mungkin diterapkan teknologi mutakhir seperti nanoteknologi. Kami sengaja "meninggalkan" produk-produk yang umum disediakan oleh pengusaha herbal lainnya seperti teh herbal daun afrika dan kapsul serbuknya.
Selain itu kami juga sedang mencurahkan pikiran dan tindakan untuk menanam daun afrika di tempat yang lebih tinggi. Teorinya menyatakan bahwa jika ditanam pada ketinggian di atas 1.500 meter dpl, maka ada kemungkinan kita memperoleh buah dan biji. Ada khasiat khusus jika mengonsumsi buah dan biji tanaman yang dalam bahasa Inggris disebut bitter leaf ini.
Untuk mewujudkan hasrat menanam daun afrika di tempat yang lebih tinggi ini, kami telah bekerja sama dengan petani kopi di Lembang dan Garut. Mudah-mudahan tahun depan tanaman bisa berbunga dan berbuah. Mohon doa restu dari seluruh penggemar daun afrika. Nantikan dan simak terus tulisan-tulisan di blog ini, boleh dicopy-paste (seperti yang selama ini banyak mencuplik), tetapi jangan lupa dong menyebutkan sumbernya atau menautkan link-nya. terima kasih.
>>>>> kontak BB 5895a5bb
Jumat, 25 September 2015
Daun Afrika Dipastikan Dari Afrika, Manfaatnya Ditemukan oleh Monyet Simpanse
Daun afrika asal usulnya memang dari afrika, terutama dari kawasan sub-sahara alias afrika utara. Negara di benua afrika itu yang paling progresif melakukan penelitian adalah Nigeria. Penamaan sebagai daun afrika selatan bukanlah menunjukkan asalnya dari negara Afrika Selatan atau dari kawasan vegetasi afrika bagian selatan.
Adalah masyarakat Cina terutama Taiwan yang memulai menyadari kehebatan dan melakukan pengembangan kemanfaatan daun pohon yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina. Penamaan Nan Fei Shu (nan itu berarti selatan) tidaklah menunjukkan tempat absolut dari bagian benua afrika, melainkan letak relatif dari cina; bumi di selatan cina, maksudnya.
Entah kapan dan oleh siapa tanaman ini bisa sampai ke negeri cina. Belum bisa dipastikan kebenaran cerita bahwa daun ini sudah dimanfaatkan kaisar dan kalangan istana jaman cina kuno dulu. Saya berpikir bahwa informasi yang diketoktularkan secara copy-paste itu bersifat hoax. Jelas menyebarnya pohon yang dalam bahasa Inggris bernama bitter leaf ini tidak ada hubungannya dengan hadist "belajarlah walau pun sampai ke negeri cina," sebab kelihatannya dalam hal pemanfaatan pohon ini sebagai obat, justru masyarakat cina belajar pada orang afrika yang dulu-dulunya belajar dari monyet tidak berbuntut. Betul sekali, adalah simpanse, jenis kera cerdas yang bisa main film, yang memberikan inspirasi kepada manusia afrika, ihwal kemujaraban khasiatnya.
Daun afrika bukanlah makanan sehari-hari bagi simpanse. Seperti juga kita, simpanse mungkin tidak suka rasa pahit yang luar biasa ini. Namun begitu, jika terkena infeksi, simpanse mencari dan memakan daun dari perdu yang tingginya bisa mencapai 5 meter ini. Di jaman masih banyak orang belajar dari alam, dan peka terhadap fenomena alam sekitarnya, wajar jika ada orang-orang bijak dan kritis menangkap perilaku monyet hitam lucu ini dalam mengobati diri jika terserang sakit. Dari situ kemudian manusia mencoba membongkar rahasia dibalik keampuhan daun afrika dalam mengobati penyakit infeksi oleh sebab cacing, plasmodium malaria, bakteri, dan jamur.
Sekarang, daun afrika telah menyebar ke seantero dunia. Awalnya disosialisasikan oleh biarawati dan gerakan sosial lainnya. Produknya telah mencapai benua amerika dan dipasarkan melalui amazon[dot]com. Di Indonesia diperkirakan masuk pada awal tahun 2000-an. Daun afrika pertama ditanam di pulau Jawa pada 2008 di Bogor.
Pemanfaatan daun afrika sebagai obat herbal berbentuk kapsul atau teh herbal, tampaknya merupakan trend yang terbangun di luar afrika. Aslinya di afrika, daun ini umumnya diolah menjadi beragam produk kuliner.
Berikut ini saya tempel sebuah artikel dari Tanzania, Afrika Timur:
Observations of chimpanzees' feeding behavior in Tanzania, East Africa, have led to the discovery of medicinal properties and other potential applications for two types of plants. This type of study, involving the ways animals use plants, is referred to as zoopharmacognosy, a term coined in 1992 from Greek roots: zoo- = animal; pharma- = a drug or poison; and -cognosy = to recognize.
Adalah masyarakat Cina terutama Taiwan yang memulai menyadari kehebatan dan melakukan pengembangan kemanfaatan daun pohon yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina. Penamaan Nan Fei Shu (nan itu berarti selatan) tidaklah menunjukkan tempat absolut dari bagian benua afrika, melainkan letak relatif dari cina; bumi di selatan cina, maksudnya.
Entah kapan dan oleh siapa tanaman ini bisa sampai ke negeri cina. Belum bisa dipastikan kebenaran cerita bahwa daun ini sudah dimanfaatkan kaisar dan kalangan istana jaman cina kuno dulu. Saya berpikir bahwa informasi yang diketoktularkan secara copy-paste itu bersifat hoax. Jelas menyebarnya pohon yang dalam bahasa Inggris bernama bitter leaf ini tidak ada hubungannya dengan hadist "belajarlah walau pun sampai ke negeri cina," sebab kelihatannya dalam hal pemanfaatan pohon ini sebagai obat, justru masyarakat cina belajar pada orang afrika yang dulu-dulunya belajar dari monyet tidak berbuntut. Betul sekali, adalah simpanse, jenis kera cerdas yang bisa main film, yang memberikan inspirasi kepada manusia afrika, ihwal kemujaraban khasiatnya.
Daun afrika bukanlah makanan sehari-hari bagi simpanse. Seperti juga kita, simpanse mungkin tidak suka rasa pahit yang luar biasa ini. Namun begitu, jika terkena infeksi, simpanse mencari dan memakan daun dari perdu yang tingginya bisa mencapai 5 meter ini. Di jaman masih banyak orang belajar dari alam, dan peka terhadap fenomena alam sekitarnya, wajar jika ada orang-orang bijak dan kritis menangkap perilaku monyet hitam lucu ini dalam mengobati diri jika terserang sakit. Dari situ kemudian manusia mencoba membongkar rahasia dibalik keampuhan daun afrika dalam mengobati penyakit infeksi oleh sebab cacing, plasmodium malaria, bakteri, dan jamur.
Sekarang, daun afrika telah menyebar ke seantero dunia. Awalnya disosialisasikan oleh biarawati dan gerakan sosial lainnya. Produknya telah mencapai benua amerika dan dipasarkan melalui amazon[dot]com. Di Indonesia diperkirakan masuk pada awal tahun 2000-an. Daun afrika pertama ditanam di pulau Jawa pada 2008 di Bogor.
Pemanfaatan daun afrika sebagai obat herbal berbentuk kapsul atau teh herbal, tampaknya merupakan trend yang terbangun di luar afrika. Aslinya di afrika, daun ini umumnya diolah menjadi beragam produk kuliner.
Daun afrika dalam sup Nigeria
Berikut ini saya tempel sebuah artikel dari Tanzania, Afrika Timur:
Observations of chimpanzees' feeding behavior in Tanzania, East Africa, have led to the discovery of medicinal properties and other potential applications for two types of plants. This type of study, involving the ways animals use plants, is referred to as zoopharmacognosy, a term coined in 1992 from Greek roots: zoo- = animal; pharma- = a drug or poison; and -cognosy = to recognize.
While conducting such a study in Tanzania's Gombe National
Park, Harvard University graduate student Richard Wrangham noticed chimps
selecting and eating the leaves of Aspilia sp. (Other scientists have since
studied chimps in other areas, including the Mahale Mountains.) The three main
species selected were A. mossambicensis, A. pluriseta, and A. rudis. Other
researchers noticed chimps selecting and eating the pith of Vernonia
amygdalina. In both cases, these were obviously not appealing food choices for
the chimps because they grimaced when swallowing the leaves, and the pith is
known to be very bitter.
Interestingly, it was noted that not all chimps practiced
"whole leaf swallowing" and "bitter pith chewing," as
scientists now refer to those practices. Furthermore, Michael Huffman of the
Primate Research Institute at Kyoto University noted that the chimps practicing
these behaviors were in poorer health than the others. Specifically, they
seemed depressed and despondent, tended to separate themselves from the group,
and had diarrhea. This observation led to the hypothesis that Aspilia and
Vernonia were consumed in response to illness, possibly parasitic infestation.
In 1989, Huffman and his collaborators tested this hypothesis by collecting and
analyzing fecal samples and documenting chimp activity for as many individuals as
possible. Fecal analysis revealed that chimps practicing whole leaf swallowing
and/or bitter pith chewing were in fact suffering from single or multiple
parasitic infections.
Vernonia pith was examined via bioassay, a technique in
which living material in a system is tested for biological activity. The tests
showed antiparasitic activity against microorganisms that infect both chimps
and humans. Further analysis of the bitter pith revealed chemicals categorized
as sesquiterpene lactones and steroid glycosides, both of which are known for
their bioactivity. Specifically, vernonioside B1 and vernoniol B1, two
compounds isolated from the pith of Vernonia, suppressed movement and
egg-laying activity in bioassays of Schistosoma japonicum, a parasitic worm. Thus,
apparently the chimps were selecting Vernonia for its chemical constituents.
A different mode of action was found for Aspilia. When the
fecal samples of chimps consuming those leaves were analyzed, not only did the
feces contain a stable number of parasites during Aspilia consumption, but the
parasitic worms (Oesophagostomum stephanostomum) were still very much alive.
Obviously, consuming the plant had suppressed neither the movement nor the
egg-laying activity of the parasitic worms. However, the analysis also revealed
that Aspilia leaves not only remained whole and undigested, but were curiously
folded like accordions--a characteristics that turned out to have a function:
O. stephanostomum attach their suckers to the intestine's mucous lining, where
they extract nutrients from the host. In this case, the intestinal worms were
firmly stuck to the surface of the leaves (which are known to have a high
concentration of trichomes, or hairs) and caught between the accordion-like
folds! Clearly this was a physical removal of the parasites as the roughness of
the leaf surface seemed to dislodge the worms from the animal's intestinal
lining.
Aspilia is a dicot in the Compositea or Asteraceae family,
and its distribution includes tropical America, Africa, and Madagascar.
Although leaf swallowing basically results in the physical removal of
intestinal worms, additional research into the chemical composition of
Aspilia's parts other than the leaves has indicated the production of a red oil
called thiarubrine-A. This chemical has been found to inhibit the growth of
many disease-causing agents, specifically parasitic worms, microorganisms, and
other intestinal parasites.
Vernonia is also in the Asteraceae family, with a similar
distribution to that of Aspilia. Its sesquiterpene lactones have demonstrated
anti-tumor activity, and the Vernonia chemicals (vernoniosides) of the pith
have proven effective against drug-resistant malarial parasites, which are very
common within the range of this plant.
Although the chimpanzees pointed the way to Aspilia and
Vernonia, plants overlooked in the past, additional research has revealed that
Aspilia and Vernonia have been part of Tanzanian folk medicine for hundreds of
years. The WaTongwe traditionally use Vernonia for stomachaches and several
parasitic infections. A. latifolia has been reported to stop bleeding by
inducing clot formation. The leaves of Vernonia are highly toxic and apparently
avoided by the chimps; however, after soaking the leaves in water and cooking
them, local people use them in soup and stew as a strength-giving tonic. They
also widely use Vernonia to treat parasites and other ailments in themselves
and their livestock, indicating potential agricultural applications for other
countries. Additionally, it is documented that Vernonia is used locally as an
insecticide.
Apparently we can learn much from watching our neighbors on
planet Earth!
Kamis, 24 September 2015
Abstrak Thesis Penelitian Daun Afrika dari Universitas Udayana Bali 2015
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA SELATAN (Vernonia amygdalina) ORAL MENINGKATKAN KADAR INSULIN PUASA DAN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH POST PRANDIAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik dan menumpuk di dalam darah karena pankreas tidak cukup memproduksi insulin yang diproduksi tersebut. Ekstrak daun Afrika Selatan dengan kandungan zat aktifnya seperti saponin, tanin, flavonoid, alkaloid dan polifenol dapat digunakan untuk menurunkan glukosa darah post prandial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian ekstrak daun Afrika Selatan (Vernonia amygdalina) secara oral meningkatkan plasma insulin dan menurunkan kadar glukosa darah post prandial pada tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diabetes melitus.Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan Pretest Posttest Control Group Design, menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) usia 2,5 bulan dengan berat 180 – 200 gram. Jumlah sampel ini 20 ekor tikus diabetes yang dibagi menjadi 2 kelompok, masing – masing kelompok sebanyak 10 ekor yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakukan (daun Afrika Selatan). Kelompok kontrol diberikan plasebo (aquadest) sebanyak 1cc setiap hari selama 14 hari. Sedangkan kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanol daun Afrika Selatan 80mg/20grBB tikus setiap hari selama 14 hari.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan terjadi penurunan glukosa darah post prandial secara bermakna dari184,3017,06mg/dL menjadi 166,9014,98mg/dL (p<0 6="" 7="" bermakna.="" bermakna="" dan="" dari="" insulin="" kadar="" kelompok="" kontrol="" menjadi="" menunjukkan="" ml="" p="" peningkatan="" perbedaan="" puasa="" secara="" sementara="" terjadi="" tidak="" yang="">Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol daun Afrika Selatan 80mg/200gr BB tikus secara oral selama 14 hari menrunkan kadar glukosa darah post prandial dan meningkatkan kadar insulin puasa pada tikus diabetes melitus.
Kata kunci : ekstrak daun Afrika Selatan, kadar glukosa darah post prandial, kadar insulin puasa , tikus diabetes melitus.
ix0>
ABSTRACT
ORAL ADMINISTRATION OF AFRICAN BITTER LEAF (Vernonia Amygdalina) EXTRACT INCREASED FASTING INSULIN LEVEL AND DECREASED POST PRANDIAL GLUCOSE LEVEL OF DIABETIC ALBINO MALE RATS (Rattus norvegicus)
Diabetes mellitus is a metabolic disorders characteristize of chronic hyperglycemia and abnormal metabolism of carbohydrates, fats and proteins caused by decrease in insulin secretion, insulin action or both. Blood glucose can not be used properly and accumulates in the blood because the pancreas does not produce enough insulin to metabolize blood glucose and insulin resistance occurs so that the body can not effectively use the insulin that is produced. African bitter leaf extract the active substance example saponin, tannin, flavonoid, alkaloid and polifenol can be decreased post prandial glucose level. The purpose of this study was to determine that the treatment of African Bitter Leaf extract orally increased fasting plasma insulin level and lowers post prandial blood glucose and of diabetic albino male rats (Rattus norvegicus).The study was conducted using the Experimental Pretest Posttest Control Group Design involving control group and experimental group. This research used 2,5 months old and 180-200gr weight laboratory rats (Rattus norvegicus) as subject. The samples of 20 diabetic rats were divided into two groups of 10 subjects each for control group dan experimental group (African bitter leaf extract). Control group was treated with 1cc of placebo aquadest everyday for 14 days, experimental group was treated with 80mg/200gr rat body weight African bitter leaf extract everyday for 14 days.
The study concluded that the group which given extract of African Bitter leaf decreased significantly the Post Prandial blood glucose level, from 184.7012.37mg/dL to 166.9014.98mg/dL (p<0 .05="" 6.53="" 7.25="" and="" control="" did="" fasting="" from="" group="" increased="" insulin="" level="" ml="" not="" p="" plasma="" result.="" showed="" significantly="" the="" to="">The study concluded that the administration of 80mg/200gr rat body weight African bitter leaf extract everyday for 14 days decreased post prandial glucose level and increased fasting plasma insulin level in diabetic rats significantly.
Key words : African bitter leaf extract, diabetic mellitus rat, post prandial glucose plasma level, fasting plasma insulin, DM0>
Kamis, 23 Juli 2015
Bukti Baru Prospek Bisnis Daun Afrika di Indonesia
Pagi pagi tadi tanpa pemberitahuan terlebih dulu, seorang kakek datang meminta 1 dahan pohon Vernon (daun afrika). "Ini yang pasang iklan daun, apa itu, daun afrika?" tanyanya langsung. Betul, kata saya, sambil dalam hati bertanya-tanya iklan di mana ya haha. Beliau sudah mengetahui ihwal harga stek bibit daun afrika yang Rp150.000 per kg itu.
"Saya minta satu batang aja," katanya sambil menjelaskan satu dahan panjang, maksud dia. Saya ke dapur mengambil pisau besar. Saat kembali ke halaman, dia bertanya berapa jadinya. Karena tinggal se-komplek perumahan dengan saya, jadi tidak enak hati menyebut harga. Namun demikian, saya ingin tahu juga "keberhasilan" yang dikata iklan tadi. Maka dari itu saya mengeluarkan jawaban mantra basa basi. "Dengan tetangga berapa aja," kata saya sambil melangkah mencari dahan yang cukup tua dan panjang.
Biasanya yang menjadi kendala pengiriman bibit yang bagus adalah berat stek batang. Karena ini dijemput langsung di TKP (kebun percobaan), maka soal berat menjadi diabaikan. Bebas memilih dan bebas membayar, jika dibayar harga tinggi, alhamdulillah, jika dibayar murah, kebangetan hahaha, becanda.
"Jadi berapa harganya?" kata kakek ini lagi. "Seratus ribu boleh?" sambungnya lagi. Saya jawab cepat-cepat "Boleh." Dalam hati tentu saya berteriak hore, pohon Vernonia amygdalina beserta jerih payah sosialisasinya cukup diapresiasi. Saya bersyukur dan makin bersemangat mengembangkan tanaman hebat ini.
Dahan yang menjuntai ke halaman tetangga langsung dipotong. Tanpa dipotong-potong, hanya dibagi 2, atas permintaannya, dahan yang masih berdaun dan berbunga di ujungnya ini, diangkut dengan motor metik. Terima kasih, Pak, pas tabung gas 12 kg kosong, pas ada yg ngisiin.
Minggu lalu ada 3 order dari luar pulau Jawa. Apa daya, yang dikirim adalah stek berukuran sedang untuk mengejar jumlah 15-20 batang. Yang penting tumbuh. Berdasarkan percobaan di kebun, stek yang tua dan besar, lamban bertunas, tetapi akan lebih kokoh dan cepat besar pada fase pertumbuhan selanjutnya. Jadi, jika di dalam kota dan ingin juga melihat kebun percobaan, Anda beruntung karena dapat memiliki stek bibit yang tua. Pilih saja batang yang paling besar dan panjang, harga tetap Rp100.000 per dahan. Tentu saja harga dapat berubah-ubah sewaktu-waktu. Sedangkan untuk yang di luar kota dan menggunakan jasa pengiriman JNE, harga mohon dimaklum Rp150ribu untuk 15 batang berukuran sedang.
Seluruh hasil penjualan bibit stek pohon Vernon ini digunakan untuk penelitian dan pengembangan hingga diperoleh suatu produk yang andal yang potensial meningkatkan kualitas kesehatan orang banyak. Penelitian dikerjakan oleh profesional di bidangnya dipimpin oleh saintis doktor biokimia/farmasi, dari lembaga riset ternama di Indonesia. Lembaga riset ini tidak mengenakan biaya karena memang ingin membantu usaha kecil dan sekaligus juga karena ada aspek kebaruan. Biaya diperlukan untuk implementasi kecil-kecilan dalam bidang minuman kesehatan dan kosmesetikal. Potensi pohon vernon ini bakal mencakup dunia pengobatan medis luka. Begitu kata peneliti, percaya aja deh.
Sebenarnya sudah ada investor yang berminat dengan cerita masa depan daun afrika. Sayangnya masih belum cukup percaya dan ikhlas mengikuti hasrat kreasi proyek rintisan ini. Jadi, ya kita wong cilik ini jalan semampunya saja.
Dengan jalan hidup seperti ini saja, kita sudah dapat meraih kemajuan, setapak setapak. Sudah dilahirkan produk-produk teh dan kapsul herbal, minuman fermentasi segar, ekstrak ajaib hijau eksotik, sabun herbal dan serum herbal untuk wajah awet cantik dan mulus sampai tua.
Pengembangan produk menemui kendala fasilitas produksi. Untuk memperoleh ijin edar produk, BPOM menstandarkan fasilitas produksi yang berukuran luas lahan 200m2 dan bangunan 100m2. Standar sarana produksi juga mencakup kualitas interior dan peralatan yang digunakan. Idealnya, BPOM semestinya juga membuat aturan kompensasi bagi pengusaha UKM yang berbasis bahan-bahan herbal dan meminimalisasi penggunaan bahan kimia serta menggunakan bahan-bahan yang sudah dimaklumkan aman. Kita, peneliti dan pengembang produk berbasis iptek, kepentok di sana dan di sini. Ya sudah, kembali melamun saja, moga-moga ada yang setiap hari datang membeli dahan-dahan pohon Vernon daun afrika ini, hingga suatu hari, kita memiliki pabrik mini yang memenuhi peraturan yang berlaku.
Kebun daun afrika, segar hijau, dan bermanfaat |
Jumat, 12 Juni 2015
Daun Afrika Sebagai Produk Medis Premium
Daun afrika (Vernonia amygdalina) meski pun telah diakui kemujarabannya oleh awam dan para peneliti, tetap mengandung kabut misteri. Tidak semua khasiat dan efek bakal disampaikan kepada khalayak. Ada potensi yang dikandungnya yang lebih "aman" jika dirahasiakan, terutama karena masih kurang diapresiasinya dedikasi para peneliti dan penemu rahasia alam oleh masyarakat.
Para peneliti dan formulator produk-produk dengan kandungan daun afrika tidak selalu memiliki kemampuan untuk mengurus Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Selain itu, kendala produksi karya-karya para penemu juga pada sarana dan prasarana. Meski pun sediaan herbal yang diciptakan dirasakan manfaatnya oleh semua orang, tetapi belum tentu produknya mendapatkan ijin edar dari otoritas obat dan makanan (BPOM) atau Dinkes. Alasannya tentulah benar bahwa sarana produksi dinilai tidak memadai untuk mendapatkan persetujuan ijin edar.
Apa jadinya jika suatu produk bagus tidak memiliki ijin edar? Jika tetap diproduksi dan diedarkan, para pelaku industri kreatif ini akan dipenjara, akan dikriminalisasikan. Kejadian seperti ini sesungguhnya banyak sekai tetapi tidak sampai ke meja hijau atau meja redaksi. Kok bisa? Sebab para manusia cerdas yang menjadi pelaku ini sudah berubah wujud atas kerelaannya untuk menjadi ATM oknum pihak berwajib; selagi ada setoran, ya silakan terus berproduksi.
Daun afrika beruntung memiliki khasiat yang kuat dan tidak terlalu terkenal. Agar tidak celaka berhadapan dengan hukum, para produsen perlu selalu kompak dan dingatkan untuk tidak perlu menuliskan dan menggembar-gemborkan khasiat medisnya. Jual saja dalam bentuk teh herbal yang diminum sore dan malam, dan akan mendapatkan sensasi kesegaran dan semangat saat bangun tidur.
Tentu saja strategi ini tidak digunakan selamanya. Jika produk daun afrika kita cukup digemari pelanggan, kumpulkan hasilnya sebagian untuk keperluan memperbaiki sarana produksi. Kita harus memiliki ijin edar dari BPOM sebelum memroduksi dan mengerdarkan produk daun afrika yang lebih spesifik berkesan obat. Tidak sulit mendapatkan ijin BPOM asal kita telah mengikuti aturan dalam membangun "pabrik" kita.
Kemujaraban khasiat daun afrika sesungguhnya bukanlah isapan jempol alias bohong. Para peneliti akademik sudah memulai melakukan riset skripsi dan tesis. Staf lembaga penelitian nasional juga telah ikutan melakukan penelitian dengan metode terstandar dan peralatan canggih. Pada tingkat sangat awal, salasatu kelompok peneliti membuktikan bahwa daun afrika tidak positif dalam efek anti-kanker menggunakan sel hela. Meski pun begitu bukan berarti tidak ada gunanya daun afrika bagi penderita kanker. Karena ada peneliti lain yang membuktikan efek anti kanker, maka sementara ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam konteks anti kanker, daun afrika mungkin memiliki zat antikanker tetapi kurang andal.
Daun afrika tidak perlu disangsikan untuk dikonsumsi dengan harapan kesembuhan, tetapi yang harus tetap ditunda adalah klaim medis. Jadikan daun afrika sebagai kuliner baru, lalu jika suatu saat kita menyaksikan bahwa semua, yang rajin mengonsumsi daun afrika, mendapatkan "kesaktian" dan kesembuhan, maka terwujudnya produk-produk daun afrika sebagai bisnis potensial hanya menunggu waktu saja. Lalu siapakah yang bakal ketumpahan rizki dari usaha taninya? Kita semua para perintis, aamiin.
Para peneliti dan formulator produk-produk dengan kandungan daun afrika tidak selalu memiliki kemampuan untuk mengurus Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Selain itu, kendala produksi karya-karya para penemu juga pada sarana dan prasarana. Meski pun sediaan herbal yang diciptakan dirasakan manfaatnya oleh semua orang, tetapi belum tentu produknya mendapatkan ijin edar dari otoritas obat dan makanan (BPOM) atau Dinkes. Alasannya tentulah benar bahwa sarana produksi dinilai tidak memadai untuk mendapatkan persetujuan ijin edar.
Apa jadinya jika suatu produk bagus tidak memiliki ijin edar? Jika tetap diproduksi dan diedarkan, para pelaku industri kreatif ini akan dipenjara, akan dikriminalisasikan. Kejadian seperti ini sesungguhnya banyak sekai tetapi tidak sampai ke meja hijau atau meja redaksi. Kok bisa? Sebab para manusia cerdas yang menjadi pelaku ini sudah berubah wujud atas kerelaannya untuk menjadi ATM oknum pihak berwajib; selagi ada setoran, ya silakan terus berproduksi.
Daun afrika beruntung memiliki khasiat yang kuat dan tidak terlalu terkenal. Agar tidak celaka berhadapan dengan hukum, para produsen perlu selalu kompak dan dingatkan untuk tidak perlu menuliskan dan menggembar-gemborkan khasiat medisnya. Jual saja dalam bentuk teh herbal yang diminum sore dan malam, dan akan mendapatkan sensasi kesegaran dan semangat saat bangun tidur.
Tentu saja strategi ini tidak digunakan selamanya. Jika produk daun afrika kita cukup digemari pelanggan, kumpulkan hasilnya sebagian untuk keperluan memperbaiki sarana produksi. Kita harus memiliki ijin edar dari BPOM sebelum memroduksi dan mengerdarkan produk daun afrika yang lebih spesifik berkesan obat. Tidak sulit mendapatkan ijin BPOM asal kita telah mengikuti aturan dalam membangun "pabrik" kita.
Kemujaraban khasiat daun afrika sesungguhnya bukanlah isapan jempol alias bohong. Para peneliti akademik sudah memulai melakukan riset skripsi dan tesis. Staf lembaga penelitian nasional juga telah ikutan melakukan penelitian dengan metode terstandar dan peralatan canggih. Pada tingkat sangat awal, salasatu kelompok peneliti membuktikan bahwa daun afrika tidak positif dalam efek anti-kanker menggunakan sel hela. Meski pun begitu bukan berarti tidak ada gunanya daun afrika bagi penderita kanker. Karena ada peneliti lain yang membuktikan efek anti kanker, maka sementara ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam konteks anti kanker, daun afrika mungkin memiliki zat antikanker tetapi kurang andal.
Daun afrika tidak perlu disangsikan untuk dikonsumsi dengan harapan kesembuhan, tetapi yang harus tetap ditunda adalah klaim medis. Jadikan daun afrika sebagai kuliner baru, lalu jika suatu saat kita menyaksikan bahwa semua, yang rajin mengonsumsi daun afrika, mendapatkan "kesaktian" dan kesembuhan, maka terwujudnya produk-produk daun afrika sebagai bisnis potensial hanya menunggu waktu saja. Lalu siapakah yang bakal ketumpahan rizki dari usaha taninya? Kita semua para perintis, aamiin.
Langganan:
Postingan (Atom)