Minggu, 31 Mei 2015

Hipertensi, Gula lebih Berbahaya Ketimbang Garam

The 2015 Dietary Guideline Advisory Committee baru saja merilis rekomendasi baru untuk membatasi gula tambahan 10 persen dari kalori harian. Sekarang, orang Amerika mengonsumsi lebih banyak gula daripada sebelumnya - rata-rata, sekitar 160 pound per tahun.
James DiNicolantonio adalah seorang ilmuwan penelitian kardiovaskular di St Luke Mid-America Heart Institute di Kansas City, Mo. Dia baru-baru ini menerbitkan sebuah tinjauan komprehensif dari lusinan studi di mana ia berpendapat bahwa gula lebih berbahaya daripada garam, terkait risiko penyakit jantung. Dia mengatakan bahwa gula rafinasi mirip dengan kokain - kristal putih diekstrak dari tebu alih-alih daun koka - dan bahwa studi menunjukkan hal itu dapat menjadi lebih adiktif daripada narkoba.
“Ketika Anda melihat studi hewan membandingkan gula kokain,” kata DiNicolantonio, “bahkan ketika Anda mendapatkan tikus kecanduan kokain IV, setelah Anda memperkenalkan gula, hampir semua dari mereka beralih ke gula.”
DiNicolantonio mengatakan dalam konteks evolusi, manusia secara biologis tertarik gula, karena membantu tubuh untuk menyimpan lemak, sehingga memungkinkan nenek moyang kita lebih bertahan dalam musim dingin di Era Paleolitik. “Sayangnya, justru “hadiah” survival ini secara nerologis bekerja melawan kita yang kini menelan gula rafinasi pada tingkat potensi dan dosis tinggi lebih dari yang kita digunakan,” katanya.
Tapi kecanduan gula tidak biologis. Sebaliknya, DiNicolantonio mengatakan batas konsumsi tertentu harus dicapai selama periode waktu tertentu dalam rangka untuk mengubah neurokimia otak. Selanjutnya, orang mengalami penipisan dopamin dan penarikan gula.
“Anda mendapatkan pelepasan intensif dari dopamin pada konsumsi akut gula. Setelah kronis, reseptor-reseptor dopamin mulai menjadi down-regulated - melemah, dan kurang responsif, “katanya. “Itu dapat menyebabkan gejala mirip ADHD, tetapi juga dapat menyebabkan keadaan depresi ringan karena kita tahu bahwa dopamin adalah imbalan neurotransmitter.”
Ini bukan berarti bahwa orang tidak boleh mengkonsumsi gula, melainkan bahwa mereka harus membatasi asupan  untuk menghindari efek samping, yang akhirnya dapat menyebabkan pra-diabetes, kata DiNicolantonio yang mengaku saat sangat membutuhkan gula, dia mengganti dengan coklat hitam atau almond.”
“Kita harus memberi orang harapan, kan? Anda tidak ingin hanya mengatakan bahwa mereka tidak boleh makan gula lagi, “katanya. Namun, ia mengatakan FDA bisa membantu mengurangi masalah ini.
“Pemerintah mensubsidi jagung, sehingga sirup jagung fruktosa tinggi lebih murah dari gula, dan itulah mengapa begitu merebak dalam makanan kita,” DiNicolantonio yang mengusulkan Pemerintah harus mulai subsidi makanan sehat. Apel harus lebih murah ketimbang cemilan manis, katanya.

Minggu, 17 Mei 2015

Daun Afrika Memperingati Hari Hipertensi 17 Mei 2015

Daun afrika memenuhi tantangan dunia kesehatan untuk mengambil bagian pada peringatan Hari Hipertensi Dunia, hari ini 17 Mei 2015. Tim DAIN (Daun Afrika Inovasi Nusantara) mempersiapkan diri sejak 2 hari sebelumnya, cek, cek:
  • mobil multi fungsi
  • pamflet
  • stek pohon untuk dijual
  • daun untuk icip-icip dan dibawa pulang bagi yang berminat
  • kantong
Oke, semua siap, saat pemeriksaan terakhir, malam sebelum hari-H. Subuh-subuh, Avanza abu-abu usia 5 tahun meluncur menembus fajar. Setengah enam kami sudah harus stand by, kata panitia. Apa boleh buat, karena tidak terbiasa keluar subuh, tim DAIN telat, untung masih ada tempat lowong untuk display daun afrika di area car free day, Buahbatu, Bandung.
Posisi yang kami pilih adalah tempat yang tidak terlalu ramai, di ujung selatan Jalan Buahbatu. Di dekat kami adalah tempat klub senam selalu unjuk gerak setiap hari Minggu. Mereka concern kesehatan, jadi cocok lah dengan misi kami.
"Selamat pagi, selamat memperingati Hari Hipertensi Dunia," kata saya mengundang mereka yang lewat untuk mau singgah ke outlet DAIN. Ada yang merapat, ada juga yang cuek. Selama 4 jam nangkring di situ, kami dikunjungi sekitar 40 orang. Separuhnya merasa sehat, tidak ada keluhan kesehatan yang berarti. Satu orang sudah mengenal daun afrika, dan merasakan kesembuhan dari hipertensi ringan. "Saya menanam di rumah, dan menanam juga di pabrik," kata wanita keturunan Tiongkok ini.
Daun afrika rupanya belum dikenal kebanyakan orang. Makanya agak ragu untuk membeli stek batang bibit ini, hanya 10 orang yang membeli. Lumayan, risiko operasional telah tertutupi.
Keliatannya perlu endorsement oleh public figure.
"Apakah pasti tumbuh?" tanya seorang pembeli. Saya pun menyampaikan jaminan. "Jika gagal tumbuh, akan diganti!" Weis, gaya amat, ada bibit pohon dijual dengan money back guarantee. 
Silakan dicoba dan dibawa daunnya, sambil menunggu pertumbuhan, yang mungkin perlu waktu sebulan hingga bisa dipanen, efektifnya 3-6 bulan.
Baik yang membeli stek bibit atau tidak, kami membagikan daun-daun untuk tantangan kesembuhan dalam hitungan hari, bagi mereka yang hipertensi. Sudah banyak testimoni/kesaksian teman-teman yang rutin mengonsumsi daun afrika untuk keluhan darah tinggi, menjadi normal tekanan darahnya dalam waktu singkat.
Para ilmuwan afrika juga telah melakukan penelitian efek daun afrika mengatasi tekanan darah tinggi. Hasilnya sangat meyakinkan dan dimuat di jurnal-jurnal ilmiah.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan tekanan darah. Pada kasus efek daun afrika, mekanisme penurunan tekanan darah adalah melalui mekanisme relaksasi pembuluh darah. Efek penurunan tekanan darah daun afrika ini kemungkinan melalui mekanisme asetilkolin dan histamin. Asetilkolin dan histamin diketahui mempengaruhi otot halus dan menyebabkan vasodilatasi pada tubuh.
Seorang teman yang suaminya se-umur-umur bergantung pada obat kimia menurut resep dokter, melaporkan bahwa dengan melalap daun afrika selembar sehari, tekanan darahnya kini normal. "Saya selalu membekalinya daun afrika ke dalam tas perjalanannya, jika ke luar kota," kata ibu ber-anak 2, lulusan ITB ini. Selain menormalkan tekanan darah suaminya, daun afrika juga menurunkan kadar gula darahnya secara signifikan. "Memang belum di angka normal, tetapi turun sangat berarti," katanya.
Jadi tim DAIN (Daun Afrika Inovasi Nusantara) ini ingin terus mensosialisasikan manfaat kesehatan dari daun afrika yang murah meriah ini. Sekali lagi, dari segala macam simplisia daun afrika, yang paling manjur adalah daun segarnya. Jadi, segeralah tanam di rumah masing-masing, untuk jaminan kesehatan tekanan darah sepanjang umur masih di kandung badan. Salam sehat!

Selasa, 12 Mei 2015

Daun Afrika Champion

Daun afrika Vernonia amygdalina Del tampaknya akan meraih piala champion dalam kompetisi liga khasiat tangkal penyakit. Pada kategori penyakit apa pun, Anda dapat memperhadapkan semua herbal satu per satu head to head melawan daun afrika. Daun afrika sulit ditandingi. Meski pun pada beberapa kategori kasus, simplisia tanaman lain lebih unggul, daun afrika menujukkan perlawanan gigih untuk tetap mendapatkan nilai.
Keunggulan dahsyat khasiat daun afrika terlihat saat menghadapi simplisia herbal lain dalam kategori insomnia dan demam. Pada kategori penyakit ini, efek penyembuhan daun afrika dapat ditunggui dalam hitungan menit.
Keunggulan mutlak juga terjadi pada kategori diabetes, hipertensi, rematik dan asam urat. Dalam hitungan beberapa hari, daun afrika dengan nyata mengungguli kinerja tanaman herbal lain. Sebutlah daun sukun, mulai dari memilih usia daun pun telah menjadi masalah, lalu jelas daun sukun tak mungkin dimakan langsung mentah-mentah. Daun binahong pun agak kerepotan menghadapi keluwesan rasa dan tekstur daun afrika. Daun afrika sekali lagi menang. Hasil akhirnya pun menunjukkan daun afrika lebih konsisten jika menyangkut statistik persentase kemanjuran.
Daun afrika telah menanamkan namanya pada beragam jurnal ilmiah dan klinis. Silakan Anda sebut nama penyakit apa pun pada mesin pencari google.com lalu rendengkan dengan nama ilmiah daun afrika, yaitu Vernonia amygdalina, maka akan selalu ada artikel/dokumen/laporan yang diinginkan. Kalau pun daun afrika tidak merupakan bahan utama dalam perlakuan pengobatan, setidaknya daun afrika bisa ambil bagian dalam terapi adjuvant. Hampir dipastikan daun afrika dapat memposisikan dirinya pada semua kasus penyakit, seminimal apa pun peran dan fungsinya.
Daun afrika juga memahatkan namanya pada pustaka ilmiah dan medis-klinis ihwal tumor dan kanker. Tidak terhitung jumlah penelitian meningkat dari tahun ke tahun. Satu lagi penyakit hebat yang mulai diujicobakan ketahanannya menghadapi daun afrika adalah HIV/AIDS.
Kedigdayaan daun afrika juga didukung kemampuannya untuk dapat hidup di berbagai jenis tanah dan cuaca, pantai hingga puncak gunung. Daun afrika pastinya akan memunculkan varian ecotype, tetapi dia tetap eksis di semua zona vegetasi di kawasan tropika dan sub-tropika. Bukan tidak mungkin, daun afrika juga dapat mengancam superioritas tumbuhan kutub. Karena nyaris kosmopolitan, maka daun afrika meraih suara hampir dari segala golongan demografi.
Daun afrika yang memang bukan basa-basi dari afrika asal usulnya, tidak asal hadir hingga ke negeri Cina. Cina bahkan yang awalnya menyadari kehebatan tanaman perdu ini dan menyebarluaskan kemanjurannya hingga termasyur. Daun afrika telah lama memenangi hati orang Tiongkok dalam memilih herba berkhasiat. Konon, bukan hanya juri jelata yang memberikan predikat juara pada daun afrika, tetapi juga juri istana.
Daun afrika akan tetap menjadi juara dunia herbal. Di masa depan, daun afrika akan ditambahkan pada semua jamu. Mengapa perlu? Sebab, apa pun kehebatan dari simplisia tumbuhan herbal dalam mengatasi penyakit yang dirasakan, seseorang mesti beristirahat untuk meraih sehat sejati. Sejauh ini daun afrika, lagi-lagi, adalah herbal juara dalam menjaga dan meningkatkan kualitas istirahat Anda. Apa hendak dikata, daun afrika lah is the champion
Daun afrika di atas meja, lalap setiap saat

Daun Afrika, Setelah 3 tahun, Baru Sekarang Menemukan 3 Alasan

Daun afrika baru saja mulai diangkat menjadi komoditi andalan masa depan. Setidaknya harian Pikiran Rakyat baru baru ini menerbitkan tulisan tentang khasiat daun afrika pada 16 April 2015.
Setiap pelaku usaha tani selalu menanyakan ihwal pihak yang akan menampung hasil panennya nanti, jika mereka berkenan membudidayakan. Nyaris semua petani tidak berani berspekulasi. Janganlah menumpahkan air di tempayan, hanya karena mengharapkan hujan dari langit, begitu kata mereka.
Visi bahwa tumbuhan ini memiliki masa depan cerah sebagai "selebriti" dunia herbal, tidak menjadi alasan bagi petani untuk memberi hati. Saya pun merayu agar para petani mau menjadikannya tanaman pagar atau pembatas lahan, jika masih belum percaya menanamnya sebagai tanaman utama.
Hampir 3 tahun upaya PDKT (pendekatan) kepada dunia tani, hanya segelintir yang mau "menerima tanpa syarat" menanam stek bibit daun afrika yang ditawarkan. Itu pun sejumlah ala kadarnya. Hanya 1 petani Purwokerto, 1 petani buruh di Cilacap, 1 petani di Banjaran, 1 petani di kaki gunung Manglayang, dan 1 produsen pakan sapi di Arjasari
Daun afrika harus berjuang hingga mencapai reputasinya yang unggul. Akhirnya, seorang tetua kelompok tani di Bandung Utara, menyatakan menyerahkan 15 hektar lahan yang dikuasainya, untuk ditanami daun afrika.
"Kapan mau survey lokasi," kata teman yang sedang di kebun induk Tanjungsari Sumedang. Rupanya teman yang sedang mengantar stek bibit ini tidak sengaja bertemu tetua kelompok tani. Lahan 15 hektar ini berada di Cinunuk, di kaki gunung Manglayang. Kabar gembira, ini tentunya.
Jadi, apa alasan tetua kelompok tani di Bandung "berbeda" menanggapi isu potensi tani daun afrika ini? Rupanya, dari seluruh "dongeng" saya soal kemanfaatan daun afrika beberapa hari lalu, ada 3 yang menjadi alasan untuk para petani mengambil keputusan membudidayakan tanaman daun afrika, yang asal aslinya dari benua afrika, tetapi masuk ke Indonesia melalui para pengobat tradisional Cina.
Daun afrika cukup meyakinkan para petani karena 3 informasi manfaat:

  • disukai oleh ikan gurame dan menyebabkan ikan memiliki daging yang pungkil (laporan dari Purwokerto)
  • disukai kambing/domba dan menjadi solusi di musim kemarau saat rumput terlalu kering, sedangkan daun afrika selalu tumbuh (laporan dari Karangpucung, Cilacap)
  • telah dicoba dijadikan campuran/formula pakan sapi (laporan Arjasari)

Ketiga alasan di atas cukuplah sudah untuk meyakinkan para petani berani membudidayakan daun afrika. "Janji-janji politik" sesungguhnya lebih banyak lagi yang diberikan daun afrika. Sekarang ini sudah cukup bagi kelompok tani berdaya yang mengadopsi konsep pertanian terpadu. Kelompok tani yang mandiri tentu tidak akan menemui kesulitan untuk "menjual" hasil panen daun afrikanya.

Minggu, 03 Mei 2015

Daun Afrika Inovasi Nusantara

Iya, itulah nama ku DAIN kependekan dari Daun Afrika Inovasi Nusantara. Kata orang pintar saya cocok menjalankan bisnis rumput-rumputan. Mungkin maksudnya tumbuhan yang tidak besar dan bukan diambil kayunya (kehutanan) atau buahnya (perkebunan). Jadi, rumput itu maksudnya ya dipanen daunnya saja atau mungkin akarnya.
Jadi terawangan cenayang itu cocok dengan studi yang saya dalami, yaitu ilmu dan teknologi hayati. Juga selaras dengan kursus yang pernah saya dalami, yaitu kursus herbal di karyasari Pondok Gede dengan wisata kebun ke Bogor.
Lalu dengan latar belakangan pendidikan formal dan non-formal yang mendukung itu, mengapa saya tidak fokus menjadi pengobat herbal? Ya karena tidak tahan menghadapi orang sakit yang inginnya cespleng sembuh. Pada hakikatnya, pengobatan herbal itu adalah pengobatan holistik. Sakit yang sama pada orang yang berbeda boleh jadi memerlukan rangkaian simplisia tanaman yang berbeda. Sakit yang sama itu sesungguhnya tidak pernah sama. Setiap orang unik, maka penyakit pun serupa tapi tak sama. Begitulah paradigma pengobatan dengan herbal.
Itulah bedanya dengan pengobatan medis yang menggunakan obat yang kerjanya spesifik, tertentu. Siapa pun orangnya, (gejala) sakit kepala ya dapat diobati dengan paracetamol. Begitulah industri farmasi dan kesehatan barat.
Meski pun saya tidak praktik pengobatan alternatif, wawasan tumbuhan herbal tetap merupakan keseharian saya. Sampai saya menemukan tumbuhan sakti mandraguna, yaitu daun afrika. Maka apa pun penyakitnya, siapa pun orangnya, bagaimana pun keadaannya, saya meresepkan daun afrika untuk kesembuhannya. Karena begitu getolnya mendorong sosialisasi daun afrika(Vernonia amygdalina), maka nama saya pun kini mengandung arti yang lain. Dain yang dulu mungkin maksudnya pembawa berita (da'i) kini menjadi Daun Afrika Inovasi Nusantara. Hahaha.
Daun afrika ini memang sangat berkhasiat dan kerjanya pun cepat dibandingkan herbal lainnya. Daun afrika tidak memerlukan pengolahan untuk mendapatkan khasiatnya, cukup langsung dilalap.
Lalu di mana INOVASInya?
Iya, saya telah mengolah daun afrika menjadi beragam produk. Pertama dulu telah diaplikasikan menjadi minuman fungsional untuk tidur lebih nyenyak dan bangun lebih nyentak. (maksak hehe)
minuman fermentasi ekstrak daun afrika

Selain minuman, saya juga telah membuat sabun wajah dengan bahan baku daun afrika. Sekarang saya sedang mencoba mengembangkan daun afrika menjadi suatu sistem perawatan kecantikan tubuh dan wajah untuk rumah perawatan alias salon.
Inovasi lainnya yang bakal segera terwujud adalah pemanfaatan daun afrika untuk minuman fungsional dalam bentuk serbuk instan, mungkin dengan sensasi effervescent
Itulah sekelumit bocoran inovasi berbekal hasil usahatani daun afrika. Jadi semoga Anda setuju, DAIN itu adalah Daun Afrika Inovasi Nusantara

Selasa, 21 April 2015

Daun afrika Terbaik Dikembangkan di Bandung

Tatar Bandung bisa menjadi kawasan ideal pengembangan daun afrika ini. Kebanyakan orang berpikir bahwa tanaman ini cocok di tempat panas, dataran rendah. Yang terpikir soal afrika adalah daerah panas yang bikin gosong. Padahal di afrika tropis ada puncak gunung Kilimanjaro dengan es abadi.
Mengapa Tatar Bandung penting bagi usaha tani pohon daun afrika?

  • Di habitat aslinya pohon daun afrika ini tumbuh pada ketinggian lebih dari 1500 m dpl. Bandung kota hanya plus minus 700 m dpl, sesungguhnya masih kurang ideal. Di halaman saya, perdu berkayu ini mampu berbunga, waktunya di sekitar akhir tahun, tetapi gagal berbuah. Bunga-bunga mengering setelah semerbak sejenak. Di tempat yang rendah, seperti Jakarta dan Tangerang serta Medan, hampir semua pemilik pohon, tidak pernah melihat pohon daun afrika miliknya berbunga. Wangi bunga berwarna putih ini mirip melati tetapi lebih lembut dan kurang merebak. Jika mendapatkan lahan ideal, pohon daun afrika ini akan berbuah, dan orang akan berebut mencoba khasiat afrodisiak, obat kuat, gitu.

bunga pohon daun afrika, putih dan wangi mirip melati

  • Bandung tempat bercokol beberapa perguruan tinggi yang memiliki kompetensi terkait pengembangan produk dan produksi. Ada ITB yang merupakan perintis pendidikan sains di Indonesia; ada Unpad yang fakultas farmasinya cukup eksis dalam menghasilkan formula obat herbal terstandar; ada Unpas yang bidang teknologi pangannya cukup menonjol. Jadi tidak ada alasan daun afrika tidak sukses di Bandung
  • Pada level perdagangan, di Bandung juga banyak toko herbal dan jamu yang telah lahir dan tumbuh puluhan tahun, masing-masing memiliki pelanggan yang bejibun, tidak hanya warga kota, tetapi datang dari luar kota. Salasatu yang terkenal, sudah tumbuh 3 generasi, adalah toko bahan jamu Babah Kuya. Keberadaan toko-toko besar ini mempermudah akses kepada para pengobat alternatif atau pengguna langsung daun afrika.
  • Komunitas kreatif sudah menjadi ciri unggul Bandung, utamanya dalam sektor kuliner, makanan dan minuman. Daun afrika membutuhkan “darah segar” ide dan gagasan pemanfaatan. Daunnya yang amat pahit ini sering menjadi kendala, sekalipun bagi mereka yang benar-benar ingin sembuh dari penyakit. Mungkin merupakan potensi bisnis bisa menyajikan daun afrika dalam menu sup atau minuman hangat yang nikmat.

Sekarang ini produk berbahan baku daun afrika sudah mulai diterima masyarakat. Pada umumnya masih sederhana dalam bentuk teh herbal. Para produsen dan pedagang mulai menggeliat di Medan, Batam, Jakarta, dan Jawa Barat. Di Amerika Serikat pun, produk yang mampu dimasyarakatkan baru bentuk teh herbal ini.

Daun afrika ini masih luas kemungkinan pengembangan produk. Selain teh herbal, baik dengan simplisia segar (saya lebih suka), maupun pun kering, telah dicoba memroduksi sabun muka dengan kandungan virgin coconut oil dan ekstrak daun afrika. Beberapa teman dekat yang mencobanya, melaporkan kesan positif atas produk ini. Umumnya melaporkan baik untuk mengatasi jerawat. Berikutnya akan diproduksi krim wajah
Daun afrika menjadi sabun wajah

Selain itu, bagi yang tidak suka rasa pahit daun afrika segarnya jika dilalab, atau tidak bisa menikmati aroma teh herbalnya yang menyengat, saya mencoba melakukan inovasi produksi teh herbal difermentasi. Khasiatnya diperkuat.
Daun afrika menjadi minuman kesehatan fungsional
Yang mutakhir, ada penemuan baru ekstrak daun afrika Vernonia amygdalina ini, yang rasanya tidak terlalu pahit, aromanya lebih lembut, dan warnanya eksotik. Biasanya teh herbal warnanya kuning termasuk teh daun afrika, tetapi penemuan baru, yang sedang dalam proses pendaftaran HaKI, warnanya hijau zambrut. Cantiknya.
Ekstrak ajaib pohon daun afrika

Senin, 20 April 2015

Daun Afrika Menjelang Konferensi Asia Afrika

Kecil hati juga ya, saat kota tempat saya hajat panjang dan begitu sibuk pakepuk, saya kok tidak terlibat. Konferensi Asia Afrika diperingati semarak sekali. Alun-alun kota bersolek, trotoar disulap, kini banyak bangku romantis di sepanjang jalan Asia Afrika, lampu-lampu antik artistik kini mempercantik jalan kenangan gerakan kemerdekaan bangsa-bangsa asia dan afrika itu.
Padahal saya telah lebih dari 2 tahun berkiprah "menjalin" hubungan, bukan diplomatis, tapi hubungan medis hahahaha. Ya, pohon asal benua hitam telah menjadi program kerja saya dalam bidang kesehatan masyarakat. Bibit-bibit pohon dalam bentuk stek telah saya bagikan, gratis maupun berbayar, bersama kegiatan komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE)nya.
Ah seandainya saya bisa mendapatkan tempat di kancah internasional ini, mungkin saya akan lebih lancar lagi membangun sesuatu bersama daun afrika yang memiliki nama ilmiah Vernonia amygdalina Del. ini. Saya sih hanya kepingin bertemu dengan orang afrika aslinya. Saya ingin menyapa "Hai, saya telah mendapatkan berkah dari tanaman asal tempat Anda."
Saya ingin mendengar cerita dari orang afrika aslinya bagaimana kedekatan mereka dengan tumbuhan yang menghebohkan dunia perherbalan global. Apakah mereka tahu atau malah tidak?

Kamis, 16 April 2015

Daun Afrika Khasiat Selengkapnya

Setelah memaksakan diri membaca situs berhuruf mandarin, akhirnya saya menemukan bahwa tanaman ini bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del. Dengan terungkapnya jatidiri tumbuhan ini, maka dengan mudah kita menemukan laporan jurnal-jurnal ilmiah dan medis yang mengupas posisi, peran-fungsi, kandungan zat aktif, serta yang terpenting manfaat medis bagi manusia.
Berikut ini rangkuman dari wisata pustaka husada dan pementasan realita dalam dunia medika yang bisa saya bagikan.

Jerawat

Persoalan kecil, tetapi terlampau sulit untuk diabaikan, sebab menghinggapi muka, dan membuat kaum remaja merasa bakal kehilangan muka. Itulah fenomena jerawat. Tenang, sekarang ada daun afrika. Ga becanda bahwa pohon ini, sudah dibuktikan oleh peneliti dari perguruan tinggi paling kesohor di Sumatera, yaitu Universitas Sumatera Utara. Ekstrak daun afrika yang diaplikasikan dalam bentuk krim telah meyakinkan mampu mengalahkan bakteri-bakteri penyebab jerawat. Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar pilosebasea. Keadaan ini sering dialami oleh remaja dan dewasa muda yang akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun. Ada juga orang setengah baya yang mengalami jerawat. Jerawat biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum.

Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis adalah organisme utama yang pada umumnya memberi kontribusi terhadap terjadinya jerawat. P. acnes adalah termasuk gram-positif berbentuk batang, tidak berspora, sedangkan S. epidermidis adalah gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti anggur. Semuanya tentunya jika dilihat di bawah mikroskop dengan teknik pewarnaan tertentu.
Pengobatan jerawat di klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik, benzoil peroksida dan retinoid. Obat ini memiliki efek samping antara lain iritasi. Oleh karena itu dicari alternatif dalam pengobatan jerawat dengan menggunakan bahan-bahan alam yang berkhasiat sebagai antibakteri yaitu daun afrika.
Daun afrika banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria dan negara yang beriklim tropis salah satunya adalah Indonesia. Pada tahun 2009 telah dilakukan pembudidayaan tanaman daun Afrika di Bogor. Tanaman ini mudah tumbuh pada daerah yang curah hujan cukup tinggi.
Daun Afrika mengandung flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid yang mampu membunuh parasit penyebab schistosomiasis, malaria, leishmaniasis. Daun afrika juga telah terbukti secara ilmiah berfungsi sebagai anti-amoeba, antitumor dan antimikroba.
Salah satu alternatif sediaan yang dapat digunakan untuk pengobatan jerawat adalah sediaan topikal misalnya krim. Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim dapat melembapkan dan mudah tersebar merata, mudah berpenetrasi pada kulit,mudah diusap, mudah dicuci air.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibuat formula ekstrak etanol daun Afrika dalam bentuk sediaan krim untuk pengobatan jerawat. Sediaan krim dipilih karena mempunyai keuntungan yaitu sederhana dalam pembuatannya, mudah dalam penggunaan, daya menyerap yang baik dan memberikan rasa dingin pada kulit.
Selain dalam bentuk krim, di Bandung juga telah diproduksi sabun wajah yang mengandung ekstrak daun afrika. “Sabun ini berbasis herbal dan virgin coconut oil,” kata Santhy Sri Yunita pemilik Bydara Salon & Spa Herbal Treatment. “Seorang ibu melaporkan bahwa sabun mengandung ekstrak daun afrika ini menyembuhkan jerawat anak remajanya. Ada juga sarjana baru yang sembuh,” kata Santhy sambil menunjukkan sabun ekstrak daun afrika pertama dan satu-satunya di dunia.

Awet Muda

Para ilmuwan spesialis di Malaysia telah menemukan alasan bukti konsistensi kedahsyatan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air dari daun afrika. Antioksidan yang beragam didapati pada daun afrika ini mampu bekerja tidak saja dalam tataran "teori" yang logis, tetapi praktis empiris.
Setidaknya ada 6 peneliti, dengan latar belakang spesialisasi berbeda, yang menuliskan laporan dalam jurnal bioteknologi yang diterbitkan pada 2012. Mereka adalah Wang Yong Ho, Abdul Hadi Naoman Yousr, dan Noorjahan Banu Alitheen (Department of Cell and Molecular Biology, Universiti Putra Malaysia), Boon Kee Beh (Department of Bioprocess Technology, Universiti Putra Malaysia), Swee Keong Yeap (Institute of Bioscience, Universiti Putra Malaysia), dan Woon San Liang (Spektra Biotek Sdn Bhd).
Potensi ekstrak air dari daun afrika sebagai agen antioksidan in vitro telah lama ditemukan sebelumnya. Pada penelitian ini, mereka melakukan pembuktian kuantitatif atas aktivitas antioksidan daun afrika, tidak saja secara in vitro, tetapi juga in vivo.
 Pengujian dalam studi ini meliputi DPPH radical scavenging assay, aktivitassuperoxide dismutase (SOD), malondialdehyde (MDA) level dan total antioxidant capacity (TAOC).
Pada in vitro DPPH assay menunjukkan bahwa ekstrak daun afrika merupakan agen antioksidan moderat bila dibandingkan terhadap vitamin C. Pada tes  in vivo, peningkatan SOD dan TAOC serta penurunan level-level MDA teramati pada organ-organ dan darah dari hewan percobaan yang mendapatkan perlakuan. Disimpulkan bahwa ekstrak daun afrika berpotensi sebagai agen antioksidan yang dapat melindungi sel-sel pada organ terhadap stres oksidasi.
Sebagai kesimpulan, para peneliti sepakat menyatakan bahwa ekstrak semprot kering (dried spray) daun afrika memiliki aktivitas antioksidan, baik in vitro dan in vivo. Dalam penelitian ini terbukti daun afrika tidak hanya mampu meningkatkan plasma dan tingkat antioksidan sel darah merah, tetapi juga mampu untuk masuk ke dalam sel-sel hidup di organ dan melindungi mereka dari kerusakan oksidatif, setelah 14 hari konsumsi terus menerus.
Hal ini dapat digunakan dalam mengompensasi penurunan kapasitas antioksidan total dalam paru-paru dan hati dan meningkatkan tingkat SOD dalam organ dan darah. Secara keseluruhan hal ini berarti daun afrika mampu mengurangi risiko peroksidasi lipid.

Diabetes

Daun afrika tidak hanya mengurangi tingkat gula darah secara drastis, tetapi juga membantu memperbaiki pankreas. Anjuran pemakaian, peras 10 genggam daun segar dicampur dengan 10 liter air, minumlah 2 gelas, 3 x sehari. Beberapa orang juga menambah segenggam daun afrika untuk dimakan juga.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pharmacy & Bioresources, para peneliti di University of Jos, menyatakan bahwa ekstrak kloroform kasar daun afrika memiliki efek anti-diabetes pada tikus dengan diabetes mellitus (diabetes tipe 2), pada kondisi laboratorium.
Demikian pula, para peneliti menulis dalam Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences bahwa pemberian ekstrak air daun afrika dengan konsentrasi 500 mg / kg berat badan secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah. Kemanjurannya menurunkan kadar glukosa darah adalah sebanding dengan klorpropamid, obat standar yang digunakan dalam pengelolaan diabetes.
Nyatanya, obat anti-diabetes herbal berbasis daun afrika telah lulus uji klinis dan menerima Paten Amerika Serikat nomor 6531461 untuk pengobatan diabetes sejak 2008.

Serangan Jantung dan Stroke

Konsumsi rutin sayuran seperti daun afrika dan Telfairia occidentalis (Ugwu) dapat membantu mengatur kadar kolesterol dalam darah, yang merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke. Penumpukan kolesterol dan zat-zat lain yang disebut plak, dapat mempersempit arteri hingga tersumbat, menyebabkan arteriosklerosis, atau pengerasan pembuluh darah. Seiring waktu, hal ini menyebabkan serangan jantung.
Studi, yang dipublikasikan dalam African Journal Of Biochemistry pada 2011, menunjukkan bahwa diet daun afrika dan ugwu menyebabkan peningkatan serum kolesterol baik (HDL) secara signifikan, menunjukkan peran protektif terhadap jantung dan pembuluh darah, termasuk dari serangan jantung.

Sakit perut

Dalam kasus sembelit, sakit perut dan radang lambung, daun afrika adalah obat. Mengunyah batang lembut tanaman atau di-jus dengan tambahan sedikit garam hingga tiga sendok makan, adalah upaya peredaan segera.

Malaria

Daun afrika telah banyak digunakan dan diakui kemanjurannya dalam mencegah malaria. Daun mentah dipetik dan dicuci sebelum diperas untuk mendapatkan jusnya. Minum jus langsung sebagai penangkal malaria.
Dalam studi antimalaria, para peneliti menemukan bahwa di bawah kondisi laboratorium, ekstrak daun afrika yang terbuat dari air dan etanol menunjukkan aktivitas antimalaria moderat dengan tingkat toksisitas yang dapat diabaikan dalam tes hewan-tikus.
Pada edisi 2011 dari studi Science World Journal, ekstrak etanol daun afrika menunjukkan aktivitas antimalaria tertinggi 78,1 persen. Ekstrak air memiliki penghambatan pertumbuhan parasit malaria sebesar 74,0 persen.
Pada studi lain, didokumentasikan dalam jurnal African Health Sciences, 2008, daun afrika berpotensi membalikkan resistensi chloroquine bila digunakan sebagai adjuvant bersama obat standar untuk malaria itu.

Rematik dan Arthritis

Seorang apoteker lulusan pendidikan profesi di ITB, Dra Kurniawati, Apt., menyatakan khasiat mengonsumsi daun afrika secara rutin sangat terasa. "Terutama pada lansia yang mengalami keluhan radang sendi, dalam seminggu mengonsumsi daun afrika, keluhan hilang atau reda," katanya. "Bahkan ada yang terpaksa sholat sambil duduk, karena sakit tak tertahankan pada lutut saat melakukan gerakan berdiri setelah sujud, dalam waktu singkat bisa kembali sholat normal," kata Ibu yang berhijab ini.
Apakah kesembuhan dari keluhan persendian ini karena efek anti radang sendi atau anti rasa sakit saja? Kurniawati, yang menyelesaikan studi farmasi S1 di Unpad ini, meyakini ada mekanisme lain yang terkait dengan sistem imun. "Ada banyak macam sakit sendi, harus dokter yang memastikan diagnosisnya. Yang mereka rasakan hanya gejalanya saja," katanya. Untungnya mengonsumsi daun afrika akan memperoleh efek lengkap untuk satu gejala kompleks radang sendi ini, yaitu anti-inflamasi, pereda sakit, dan meningkatkan imunitas.
Anti-anflamasi dan Analgesik
Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).

Meningitis

Meningitis, di akhir Maret 2015 menjadi trending topic. Tiada hari tanpa kuliah kesehatan, baik di dunia nyata maupun maya. Media jurnalistik konvensional maupun situs-situs elektronik dan medsos tak henti berkicau soal penyakit maut ini. Nyalakan TV, stel radio, buka medsos, selusur online, ada saja yang membagikan informasi atau sekadar komentar tentang penyakit yang menyebabkan kematian komedian Olga.
Ceriwis ihwal meningitis ini boleh jadi karena nama besar penderita yang menjadi berita. Ataukah masyarakat terguncang kabar besarnya biaya perawatan rumah sakit kelas internasional yang hingga ratusan juta per hari? Bisa juga lantaran selama ini nama penyakit ini nyaris tak tergubris dan sekonyong-konyong menyebabkan penderitaan panjang seorang public figure yang sebelumnya nyaris setiap hari merilis canda tawa paling laris.
Jadi, jelas sekarang khalayak langsung cerdas jika ditanya soal penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan. Setidaknya kini orang tahu bahwa meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan kuman lainnya, dan ada juga sebab-sebab non-infeksi. Yah sekali klik di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Meningitis, kita langsung paham, bahwa begitu banyak penyebab, gejala, efek dan dampak terkait penyakit yang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya sejak jaman Yunani kuno Hippocrates dan keemasan arab Ibnu Sina.
Pernah ada wabah besar di berbagai belahan bumi, dan menjadi terkendali sejak ditemukan antibiotik dan vaksin. Epidemik terakhir baru saja usai di afrika sub-sahara, yaitu pada 1996-1997, yang mengakibatkan terjadi 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Mengerikan. Memang di benua hitam ini ada daerah yang disebut sabuk penyakit meningitis.
Kini kedokteran sudah berkembang dan lebih siap menghadapi meningitis. Namun demikian tetap saja banyak kejutan. Kedokteran dan layanan kesehatan negara semaju Singapura tidak cukup memuaskan dalam memberikan solusi, apalagi rumah sakit dalam negeri. Jadi, yuk kita upayakan tindakan komplementer dan alternatif, selain upaya preventif dengan langkah-langkah higienis.

DAUN AFRIKA YANG SEDANG MERAJA

Saya, lagi-lagi, dan memang tergila-gila, menawarkan obat penawar berupa daun afrika. Sesungguhnya sama sekali bukan obat penawar, bahkan bukan obat. Namun, percayalah, cukup banyak alasan dan dasar, tentu saja semaksimal mungkin dicarikan yang bersifat ilmiah, untuk menggunakan tanaman asal afrika ini melawan penyakit yang epidemik di afrika juga.
Awalnya orang mengenal khasiat daun afrika dari pengamatan pada perilaku simpanse. Tanaman ini bukan makanan sehari-hari monyet afrika tanpa buntut itu. Hewan, yang tergolong cerdas dan banyak diajak main film ini, mungkin juga tahu, bahwa rasanya pahit nian, ga enak. Simpanse memakannya hanya jika sedang sakit infeksi, terutama oleh serangan protozoa dan cacing. Dari contoh oleh alam ini lah, manusia menelaah dan mengembangkan pemanfaatan.
Adakah hasil riset biomedis yang menghubungkan meningitis dan daun afrika? Mari kita simak sebagian jurnal ilmiah tentang ini. Selanjutnya akan kita cari lagi hasil-hasil riset klinis yang lebih mendalam.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi daun afrika akan memperoleh manfaat multi-efek untuk gejala-gejala kompleks terkait meningitis, yaitu anti-inflamasi (anti-radang), pereda sakit, dan meningkatkan imunitas melawan kuman.Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).
Sebuah hasil penelitian ilmiah dilaporkan dalam Global Journal of Biotechnology and Biochemistry tentang ekstrak daun afrika yang terbukti meningkatkan angka CD4+. CD4+ ini merupakan parameter yang digunakan dalam studi imunitas (daya tahan tubuh). Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS, misalnya, biasa dari waktu ke waktu diukur angka CD4+ sang pasien. Berikut ini grafik yang menunjukkan bukti aksi daun afrika pada sistem imun dengan parameter sel CD4+.
Para peneliti menyatakan bahwa ekstrak air dari daun afrika dengan dosis 200-800 mg/kg berat badan, dalam penggunaan selama 21 hari, meningkatkan jumlah sel CD4+ pada tikus percobaan. Karena itu, kata peneliti farmasi dari 2 perguruan tinggi di Nigeria ini, ekstrak air dari daun tumbuhan yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del ini dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh (immune booster) pada kondisi kesehatan yang dikompromikan. Begitu.
Sebagai penutup, teringat kata guru saya dulu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih daripada itu, apa pun pengobatan yang sedang dijalani, tidak ada salahnya menjadikan daun yang pahit ini menjadi lalapan penjinak penyakit. Seperti simpanse, jika Anda sakit infeksi, tambahkan sayuran ini sebagai diet, sejauh tidak dilarang dokter.

Sabtu, 28 Maret 2015

Daun Afrika Menghadang Meningitis

Meningitis, hari-hari ini menjadi bab kuliah kesehatan paling populer di dunia nyata dan dunia maya, media jurnalistik konvensional maupun situs-situs elektronik dan medsos. Nyalakan TV, stel radio, buka medsos, selusur online, ada saja yang membagikan informasi atau sekadar komentar tentang penyakit yang menyebabkan kematian komedian Olga. Ceriwis ihwal meningitis ini boleh jadi karena nama besar penderita yang menjadi berita. Ataukah masyarakat terguncang kabar besarnya biaya perawatan rumah sakit kelas internasional? Bisa juga lantaran selama ini nama penyakit ini nyaris tak tergubris dan sekonyong-konyong menyebabkan penderitaan panjang seorang public figure yang sebelumnya nyaris setiap hari merilis canda tawa paling laris.
Jadi, jelas sekarang khalayak langsung cerdas jika ditanya soal penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan. Setidaknya kini orang tahu bahwa meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan kuman lainnya, dan ada juga sebab-sebab non-infeksi.
Yah sekali klik di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Meningitis, kita langsung paham, bahwa begitu banyak penyebab, gejala, efek dan dampak terkait penyakit yang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya sejak jaman Yunani kuno Hippocrates dan keemasan arab Avicenna.
Pernah ada wabah besar di berbagai belahan bumi, dan menjadi terkendali sejak ditemukan antibiotik dan vaksin. Epidemik terakhir baru saja usai di afrika sub-sahara, yaitu pada 1996-1997, yang mengakibatkan terjadi 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Mengerikan.
Kini kedokteran sudah berkembang dan lebih siap menghadapi meningitis. Namun demikian tetap saja banyak kejutan. Kedokteran dan layanan kesehatan negara semaju Singapura tidak cukup memuaskan dalam memberikan solusi, apalagi rumah sakit dalam negeri. Jadi, yuk kita upayakan tindakan komplementer dan alternatif, selain upaya preventif dengan langkah-langkah higienis.

DAUN AFRIKA YANG SEDANG MERAJA
Saya, lagi-lagi, dan memang sedang tergila-gila, menawarkan obat penawar berupa daun afrika. Sesungguhnya sama sekali bukan obat penawar, bahkan bukan obat. Namun, percayalah, cukup banyak alasan dan dasar, tentu saja semaksimal mungkin dicarikan yang bersifat ilmiah, untuk melawan penyakit yang menjadi epidemik di afrika tertentu itu dengan tanaman asal afrika juga.
Awalnya orang mengenal khasiat daun afrika dari pengamatan perilaku simpanse. Tanaman ini bukan makanan sehari-hari monyet afrika tanpa buntut itu. Hewan, yang tergolong cerdas dan banyak diajak main film ini, mungkin juga tahu, bahwa rasanya pahit nian. Simpanse memakannya jika sedang sakit infeksi, terutama oleh serangan protozoa dan cacing. Dari contoh oleh alam ini lah, manusia menelaah dan mengembangkan pemanfaatan.
Adakah hasil riset biomedis yang menghubungkan meningitis dan daun afrika? Mari kita simak sebagian jurnal ilmiah tentang ini. Selanjutnya akan kita cari lagi hasil-hasil riset klinis yang lebih mendalam.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi daun afrika akan memperoleh manfaat multi-efek untuk gejala-gejala kompleks terkait meningitis, yaitu anti-inflamasi (anti-radang), pereda sakit, dan meningkatkan imunitas melawan kuman.
Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).
Sebuah hasil penelitian ilmiah dilaporkan dalam Global Journal of Biotechnology and Biochemistry tentang ekstrak daun afrika yang terbukti meningkatkan angka CD4+. CD4+ ini merupakan parameter yang digunakan dalam studi imunitas (daya tahan tubuh). Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS, misalnya, biasa dari waktu ke waktu diukur angka CD4+ ini.
Berikut ini grafik yang menunjukkan bukti aksi daun afrika pada sistem imun dengan parameter sel CD4+.

Para peneliti menyatakan bahwa ekstrak air dari daun afrika dengan dosis 200-800 mg/kg berat badan, dalam penggunaan selama 21 hari, meningkatkan jumlah sel CD+ pada tikus percobaan. Karena itu, kata peneliti farmasi dari 2 perguruan tinggi di Nigeria ini, ekstrak air dari daun tumbuhan yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del. ini dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh (immune booster) pada kondisi kesehatan yang dikompromikan. Begitu.
Sebagai penutup, teringat kata guru saya dulu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih daripada itu, apa pun pengobatan yang sedang dijalani, tidak ada salahnya menjadikan daun yang pahit ini menjadi lalapan penjinak penyakit. Seperti simpanse, jika Anda sakit infeksi, tambahkan sayuran ini sebagai diet, sejauh tidak dilarang dokter.

Jumat, 27 Maret 2015

Daun Afrika, Antioksidannya terbukti tembus masuk ke dalam sel

Daun afrika mengguncang dunia. Mengapa bisa begitu? Para ilmuwan spesialis di Malaysia telah menemukan alasan bukti konsistensi kedahsyatan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air dari daun afrika. Antioksidan yang beragam didapati pada daun afrika ini mampu bekerja tidak saja dalam tataran "teori" yang logis, tetapi praktis empiris.
Setidaknya ada 6 peneliti, dengan latar belakang spesialisasi berbeda, yang menuliskan laporan dalam jurnal bioteknologi yang diterbitkan pada 2012. Mereka adalah Wang Yong Ho, Abdul Hadi Naoman Yousr, dan Noorjahan Banu Alitheen (Department of Cell and Molecular Biology, Universiti Putra Malaysia), Boon Kee Beh (Department of Bioprocess Technology, Universiti Putra Malaysia), Swee Keong Yeap (Institute of Bioscience, Universiti Putra Malaysia), dan Woon San Liang (Spektra Biotek Sdn Bhd).
Potensi ekstrak air dari daun afrika sebagai agen antioksidan in vitro telah lama ditemukan sebelumnya. Pada penelitian ini, mereka melakukan pembuktian kuantitatif atas aktivitas antioksidan daun afrika, tidak saja secara in vitro, tetapi juga in vivo. Pengujian dalam studi ini meliputi DPPH radical scavenging assay, aktivitas superoxide dismutase (SOD), malondialdehyde (MDA) level dan total antioxidant capacity (TAOC).
Pada in vitro DPPH assay menunjukkan bahwa ekstrak daun afrika merupakan agen antioksidan moderat bila dibandingkan terhadap vitamin C. Pada tes  in vivo, peningkatan SOD dan TAOC serta penurunan level-level MDA teramati pada organ-organ dan darah dari hewan percobaan yang mendapatkan perlakuan. Disimpulkan bahwa ekstrak daun afrika berpotensi sebagai agen antioksidan yang dapat melindungi sel-sel pada organ terhadap stres oksidasi.
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa ekstrak semprot kering (dried spray) daun afrika memiliki aktivitas antioksidan, baik in vitro dan in vivo.
Dalam penelitian ini terbukti daun afrika tidak hanya mampu meningkatkan plasma dan tingkat antioksidan sel darah merah, tetapi juga mampu untuk masuk ke dalam sel-sel hidup di organ dan melindungi mereka dari kerusakan oksidatif, setelah 14 hari konsumsi terus menerus. Hal ini dapat digunakan dalam mengompensasi penurunan kapasitas antioksidan total dalam paru-paru dan hati dan meningkatkan tingkat SOD dalam organ dan darah. Secara keseluruhan hal ini berarti daun afrika mampu mengurangi risiko peroksidasi lipid.
Sebagai perbandingan, banyak tanaman lain yang secara in vitro terbukti memiliki kandungan antioksidan, tetapi secara  in vivo, di dalam tubuh, aktivitas antioksidan tidak terjadi, atau kalau pun terjadi, tidak signifikan. Misalnya teh hijau, dalam suatu penelitian dibuktikan bahwa total kapasitas antioksidannya baru terbukti signifikan pada tingkatan kadar tertentu yang lebih tinggi. Potensi antioksidan dari teh sering tidak tampak nyata pada kenyataannya.