The 2015 Dietary Guideline Advisory Committee baru saja merilis rekomendasi baru untuk membatasi gula tambahan 10 persen dari kalori harian. Sekarang, orang Amerika mengonsumsi lebih banyak gula daripada sebelumnya - rata-rata, sekitar 160 pound per tahun.
James DiNicolantonio adalah seorang ilmuwan penelitian kardiovaskular di St Luke Mid-America Heart Institute di Kansas City, Mo. Dia baru-baru ini menerbitkan sebuah tinjauan komprehensif dari lusinan studi di mana ia berpendapat bahwa gula lebih berbahaya daripada garam, terkait risiko penyakit jantung. Dia mengatakan bahwa gula rafinasi mirip dengan kokain - kristal putih diekstrak dari tebu alih-alih daun koka - dan bahwa studi menunjukkan hal itu dapat menjadi lebih adiktif daripada narkoba.
“Ketika Anda melihat studi hewan membandingkan gula kokain,” kata DiNicolantonio, “bahkan ketika Anda mendapatkan tikus kecanduan kokain IV, setelah Anda memperkenalkan gula, hampir semua dari mereka beralih ke gula.”
DiNicolantonio mengatakan dalam konteks evolusi, manusia secara biologis tertarik gula, karena membantu tubuh untuk menyimpan lemak, sehingga memungkinkan nenek moyang kita lebih bertahan dalam musim dingin di Era Paleolitik. “Sayangnya, justru “hadiah” survival ini secara nerologis bekerja melawan kita yang kini menelan gula rafinasi pada tingkat potensi dan dosis tinggi lebih dari yang kita digunakan,” katanya.
Tapi kecanduan gula tidak biologis. Sebaliknya, DiNicolantonio mengatakan batas konsumsi tertentu harus dicapai selama periode waktu tertentu dalam rangka untuk mengubah neurokimia otak. Selanjutnya, orang mengalami penipisan dopamin dan penarikan gula.
“Anda mendapatkan pelepasan intensif dari dopamin pada konsumsi akut gula. Setelah kronis, reseptor-reseptor dopamin mulai menjadi down-regulated - melemah, dan kurang responsif, “katanya. “Itu dapat menyebabkan gejala mirip ADHD, tetapi juga dapat menyebabkan keadaan depresi ringan karena kita tahu bahwa dopamin adalah imbalan neurotransmitter.”
Ini bukan berarti bahwa orang tidak boleh mengkonsumsi gula, melainkan bahwa mereka harus membatasi asupan untuk menghindari efek samping, yang akhirnya dapat menyebabkan pra-diabetes, kata DiNicolantonio yang mengaku saat sangat membutuhkan gula, dia mengganti dengan coklat hitam atau almond.”
“Kita harus memberi orang harapan, kan? Anda tidak ingin hanya mengatakan bahwa mereka tidak boleh makan gula lagi, “katanya. Namun, ia mengatakan FDA bisa membantu mengurangi masalah ini.
“Pemerintah mensubsidi jagung, sehingga sirup jagung fruktosa tinggi lebih murah dari gula, dan itulah mengapa begitu merebak dalam makanan kita,” DiNicolantonio yang mengusulkan Pemerintah harus mulai subsidi makanan sehat. Apel harus lebih murah ketimbang cemilan manis, katanya.
Daun Afrika Inovasi Nusantara DAIN usaha tani, pendidikan dan latihan (seminar, training, workshop), jual bibit stek daun afrika dengan harga Rp150.000 (12 batang) termasuk ongkos kirim pulau Jawa. Hubungi hotline DAIN Daun Afrika Inovasi Nusantara 081398251010 BB 5895a5bb Kebun percontohan Griya Bandung Indah B5-3 Tel 022-7533777 Bandung
Minggu, 31 Mei 2015
Minggu, 17 Mei 2015
Daun Afrika Memperingati Hari Hipertensi 17 Mei 2015
Daun afrika memenuhi tantangan dunia kesehatan untuk mengambil bagian pada peringatan Hari Hipertensi Dunia, hari ini 17 Mei 2015. Tim DAIN (Daun Afrika Inovasi Nusantara) mempersiapkan diri sejak 2 hari sebelumnya, cek, cek:
Daun afrika rupanya belum dikenal kebanyakan orang. Makanya agak ragu untuk membeli stek batang bibit ini, hanya 10 orang yang membeli. Lumayan, risiko operasional telah tertutupi.
Keliatannya perlu endorsement oleh public figure.
"Apakah pasti tumbuh?" tanya seorang pembeli. Saya pun menyampaikan jaminan. "Jika gagal tumbuh, akan diganti!" Weis, gaya amat, ada bibit pohon dijual dengan money back guarantee.
Silakan dicoba dan dibawa daunnya, sambil menunggu pertumbuhan, yang mungkin perlu waktu sebulan hingga bisa dipanen, efektifnya 3-6 bulan.
Baik yang membeli stek bibit atau tidak, kami membagikan daun-daun untuk tantangan kesembuhan dalam hitungan hari, bagi mereka yang hipertensi. Sudah banyak testimoni/kesaksian teman-teman yang rutin mengonsumsi daun afrika untuk keluhan darah tinggi, menjadi normal tekanan darahnya dalam waktu singkat.
Para ilmuwan afrika juga telah melakukan penelitian efek daun afrika mengatasi tekanan darah tinggi. Hasilnya sangat meyakinkan dan dimuat di jurnal-jurnal ilmiah.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan tekanan darah. Pada kasus efek daun afrika, mekanisme penurunan tekanan darah adalah melalui mekanisme relaksasi pembuluh darah. Efek penurunan tekanan darah daun afrika ini kemungkinan melalui mekanisme asetilkolin dan histamin. Asetilkolin dan histamin diketahui mempengaruhi otot halus dan menyebabkan vasodilatasi pada tubuh.
Seorang teman yang suaminya se-umur-umur bergantung pada obat kimia menurut resep dokter, melaporkan bahwa dengan melalap daun afrika selembar sehari, tekanan darahnya kini normal. "Saya selalu membekalinya daun afrika ke dalam tas perjalanannya, jika ke luar kota," kata ibu ber-anak 2, lulusan ITB ini. Selain menormalkan tekanan darah suaminya, daun afrika juga menurunkan kadar gula darahnya secara signifikan. "Memang belum di angka normal, tetapi turun sangat berarti," katanya.
Jadi tim DAIN (Daun Afrika Inovasi Nusantara) ini ingin terus mensosialisasikan manfaat kesehatan dari daun afrika yang murah meriah ini. Sekali lagi, dari segala macam simplisia daun afrika, yang paling manjur adalah daun segarnya. Jadi, segeralah tanam di rumah masing-masing, untuk jaminan kesehatan tekanan darah sepanjang umur masih di kandung badan. Salam sehat!
- mobil multi fungsi
- pamflet
- stek pohon untuk dijual
- daun untuk icip-icip dan dibawa pulang bagi yang berminat
- kantong
Oke, semua siap, saat pemeriksaan terakhir, malam sebelum hari-H. Subuh-subuh, Avanza abu-abu usia 5 tahun meluncur menembus fajar. Setengah enam kami sudah harus stand by, kata panitia. Apa boleh buat, karena tidak terbiasa keluar subuh, tim DAIN telat, untung masih ada tempat lowong untuk display daun afrika di area car free day, Buahbatu, Bandung.
Posisi yang kami pilih adalah tempat yang tidak terlalu ramai, di ujung selatan Jalan Buahbatu. Di dekat kami adalah tempat klub senam selalu unjuk gerak setiap hari Minggu. Mereka concern kesehatan, jadi cocok lah dengan misi kami.
"Selamat pagi, selamat memperingati Hari Hipertensi Dunia," kata saya mengundang mereka yang lewat untuk mau singgah ke outlet DAIN. Ada yang merapat, ada juga yang cuek. Selama 4 jam nangkring di situ, kami dikunjungi sekitar 40 orang. Separuhnya merasa sehat, tidak ada keluhan kesehatan yang berarti. Satu orang sudah mengenal daun afrika, dan merasakan kesembuhan dari hipertensi ringan. "Saya menanam di rumah, dan menanam juga di pabrik," kata wanita keturunan Tiongkok ini.Daun afrika rupanya belum dikenal kebanyakan orang. Makanya agak ragu untuk membeli stek batang bibit ini, hanya 10 orang yang membeli. Lumayan, risiko operasional telah tertutupi.
Keliatannya perlu endorsement oleh public figure.
"Apakah pasti tumbuh?" tanya seorang pembeli. Saya pun menyampaikan jaminan. "Jika gagal tumbuh, akan diganti!" Weis, gaya amat, ada bibit pohon dijual dengan money back guarantee.
Silakan dicoba dan dibawa daunnya, sambil menunggu pertumbuhan, yang mungkin perlu waktu sebulan hingga bisa dipanen, efektifnya 3-6 bulan.
Baik yang membeli stek bibit atau tidak, kami membagikan daun-daun untuk tantangan kesembuhan dalam hitungan hari, bagi mereka yang hipertensi. Sudah banyak testimoni/kesaksian teman-teman yang rutin mengonsumsi daun afrika untuk keluhan darah tinggi, menjadi normal tekanan darahnya dalam waktu singkat.
Para ilmuwan afrika juga telah melakukan penelitian efek daun afrika mengatasi tekanan darah tinggi. Hasilnya sangat meyakinkan dan dimuat di jurnal-jurnal ilmiah.
Ada beberapa faktor yang terkait dengan tekanan darah. Pada kasus efek daun afrika, mekanisme penurunan tekanan darah adalah melalui mekanisme relaksasi pembuluh darah. Efek penurunan tekanan darah daun afrika ini kemungkinan melalui mekanisme asetilkolin dan histamin. Asetilkolin dan histamin diketahui mempengaruhi otot halus dan menyebabkan vasodilatasi pada tubuh.
Seorang teman yang suaminya se-umur-umur bergantung pada obat kimia menurut resep dokter, melaporkan bahwa dengan melalap daun afrika selembar sehari, tekanan darahnya kini normal. "Saya selalu membekalinya daun afrika ke dalam tas perjalanannya, jika ke luar kota," kata ibu ber-anak 2, lulusan ITB ini. Selain menormalkan tekanan darah suaminya, daun afrika juga menurunkan kadar gula darahnya secara signifikan. "Memang belum di angka normal, tetapi turun sangat berarti," katanya.
Jadi tim DAIN (Daun Afrika Inovasi Nusantara) ini ingin terus mensosialisasikan manfaat kesehatan dari daun afrika yang murah meriah ini. Sekali lagi, dari segala macam simplisia daun afrika, yang paling manjur adalah daun segarnya. Jadi, segeralah tanam di rumah masing-masing, untuk jaminan kesehatan tekanan darah sepanjang umur masih di kandung badan. Salam sehat!
Selasa, 12 Mei 2015
Daun Afrika Champion
Daun afrika Vernonia amygdalina Del tampaknya akan meraih piala champion dalam kompetisi liga khasiat tangkal penyakit. Pada kategori penyakit apa pun, Anda dapat memperhadapkan semua herbal satu per satu head to head melawan daun afrika. Daun afrika sulit ditandingi. Meski pun pada beberapa kategori kasus, simplisia tanaman lain lebih unggul, daun afrika menujukkan perlawanan gigih untuk tetap mendapatkan nilai.
Keunggulan dahsyat khasiat daun afrika terlihat saat menghadapi simplisia herbal lain dalam kategori insomnia dan demam. Pada kategori penyakit ini, efek penyembuhan daun afrika dapat ditunggui dalam hitungan menit.
Keunggulan mutlak juga terjadi pada kategori diabetes, hipertensi, rematik dan asam urat. Dalam hitungan beberapa hari, daun afrika dengan nyata mengungguli kinerja tanaman herbal lain. Sebutlah daun sukun, mulai dari memilih usia daun pun telah menjadi masalah, lalu jelas daun sukun tak mungkin dimakan langsung mentah-mentah. Daun binahong pun agak kerepotan menghadapi keluwesan rasa dan tekstur daun afrika. Daun afrika sekali lagi menang. Hasil akhirnya pun menunjukkan daun afrika lebih konsisten jika menyangkut statistik persentase kemanjuran.
Daun afrika telah menanamkan namanya pada beragam jurnal ilmiah dan klinis. Silakan Anda sebut nama penyakit apa pun pada mesin pencari google.com lalu rendengkan dengan nama ilmiah daun afrika, yaitu Vernonia amygdalina, maka akan selalu ada artikel/dokumen/laporan yang diinginkan. Kalau pun daun afrika tidak merupakan bahan utama dalam perlakuan pengobatan, setidaknya daun afrika bisa ambil bagian dalam terapi adjuvant. Hampir dipastikan daun afrika dapat memposisikan dirinya pada semua kasus penyakit, seminimal apa pun peran dan fungsinya.
Daun afrika juga memahatkan namanya pada pustaka ilmiah dan medis-klinis ihwal tumor dan kanker. Tidak terhitung jumlah penelitian meningkat dari tahun ke tahun. Satu lagi penyakit hebat yang mulai diujicobakan ketahanannya menghadapi daun afrika adalah HIV/AIDS.
Kedigdayaan daun afrika juga didukung kemampuannya untuk dapat hidup di berbagai jenis tanah dan cuaca, pantai hingga puncak gunung. Daun afrika pastinya akan memunculkan varian ecotype, tetapi dia tetap eksis di semua zona vegetasi di kawasan tropika dan sub-tropika. Bukan tidak mungkin, daun afrika juga dapat mengancam superioritas tumbuhan kutub. Karena nyaris kosmopolitan, maka daun afrika meraih suara hampir dari segala golongan demografi.
Daun afrika yang memang bukan basa-basi dari afrika asal usulnya, tidak asal hadir hingga ke negeri Cina. Cina bahkan yang awalnya menyadari kehebatan tanaman perdu ini dan menyebarluaskan kemanjurannya hingga termasyur. Daun afrika telah lama memenangi hati orang Tiongkok dalam memilih herba berkhasiat. Konon, bukan hanya juri jelata yang memberikan predikat juara pada daun afrika, tetapi juga juri istana.
Daun afrika akan tetap menjadi juara dunia herbal. Di masa depan, daun afrika akan ditambahkan pada semua jamu. Mengapa perlu? Sebab, apa pun kehebatan dari simplisia tumbuhan herbal dalam mengatasi penyakit yang dirasakan, seseorang mesti beristirahat untuk meraih sehat sejati. Sejauh ini daun afrika, lagi-lagi, adalah herbal juara dalam menjaga dan meningkatkan kualitas istirahat Anda. Apa hendak dikata, daun afrika lah is the champion
Keunggulan dahsyat khasiat daun afrika terlihat saat menghadapi simplisia herbal lain dalam kategori insomnia dan demam. Pada kategori penyakit ini, efek penyembuhan daun afrika dapat ditunggui dalam hitungan menit.
Keunggulan mutlak juga terjadi pada kategori diabetes, hipertensi, rematik dan asam urat. Dalam hitungan beberapa hari, daun afrika dengan nyata mengungguli kinerja tanaman herbal lain. Sebutlah daun sukun, mulai dari memilih usia daun pun telah menjadi masalah, lalu jelas daun sukun tak mungkin dimakan langsung mentah-mentah. Daun binahong pun agak kerepotan menghadapi keluwesan rasa dan tekstur daun afrika. Daun afrika sekali lagi menang. Hasil akhirnya pun menunjukkan daun afrika lebih konsisten jika menyangkut statistik persentase kemanjuran.
Daun afrika telah menanamkan namanya pada beragam jurnal ilmiah dan klinis. Silakan Anda sebut nama penyakit apa pun pada mesin pencari google.com lalu rendengkan dengan nama ilmiah daun afrika, yaitu Vernonia amygdalina, maka akan selalu ada artikel/dokumen/laporan yang diinginkan. Kalau pun daun afrika tidak merupakan bahan utama dalam perlakuan pengobatan, setidaknya daun afrika bisa ambil bagian dalam terapi adjuvant. Hampir dipastikan daun afrika dapat memposisikan dirinya pada semua kasus penyakit, seminimal apa pun peran dan fungsinya.
Daun afrika juga memahatkan namanya pada pustaka ilmiah dan medis-klinis ihwal tumor dan kanker. Tidak terhitung jumlah penelitian meningkat dari tahun ke tahun. Satu lagi penyakit hebat yang mulai diujicobakan ketahanannya menghadapi daun afrika adalah HIV/AIDS.
Kedigdayaan daun afrika juga didukung kemampuannya untuk dapat hidup di berbagai jenis tanah dan cuaca, pantai hingga puncak gunung. Daun afrika pastinya akan memunculkan varian ecotype, tetapi dia tetap eksis di semua zona vegetasi di kawasan tropika dan sub-tropika. Bukan tidak mungkin, daun afrika juga dapat mengancam superioritas tumbuhan kutub. Karena nyaris kosmopolitan, maka daun afrika meraih suara hampir dari segala golongan demografi.
Daun afrika yang memang bukan basa-basi dari afrika asal usulnya, tidak asal hadir hingga ke negeri Cina. Cina bahkan yang awalnya menyadari kehebatan tanaman perdu ini dan menyebarluaskan kemanjurannya hingga termasyur. Daun afrika telah lama memenangi hati orang Tiongkok dalam memilih herba berkhasiat. Konon, bukan hanya juri jelata yang memberikan predikat juara pada daun afrika, tetapi juga juri istana.
Daun afrika akan tetap menjadi juara dunia herbal. Di masa depan, daun afrika akan ditambahkan pada semua jamu. Mengapa perlu? Sebab, apa pun kehebatan dari simplisia tumbuhan herbal dalam mengatasi penyakit yang dirasakan, seseorang mesti beristirahat untuk meraih sehat sejati. Sejauh ini daun afrika, lagi-lagi, adalah herbal juara dalam menjaga dan meningkatkan kualitas istirahat Anda. Apa hendak dikata, daun afrika lah is the champion
![]() |
Daun afrika di atas meja, lalap setiap saat |
Daun Afrika, Setelah 3 tahun, Baru Sekarang Menemukan 3 Alasan
Daun afrika baru saja mulai diangkat menjadi komoditi andalan masa depan. Setidaknya harian Pikiran Rakyat baru baru ini menerbitkan tulisan tentang khasiat daun afrika pada 16 April 2015.
Setiap pelaku usaha tani selalu menanyakan ihwal pihak yang akan menampung hasil panennya nanti, jika mereka berkenan membudidayakan. Nyaris semua petani tidak berani berspekulasi. Janganlah menumpahkan air di tempayan, hanya karena mengharapkan hujan dari langit, begitu kata mereka.
Visi bahwa tumbuhan ini memiliki masa depan cerah sebagai "selebriti" dunia herbal, tidak menjadi alasan bagi petani untuk memberi hati. Saya pun merayu agar para petani mau menjadikannya tanaman pagar atau pembatas lahan, jika masih belum percaya menanamnya sebagai tanaman utama.
Hampir 3 tahun upaya PDKT (pendekatan) kepada dunia tani, hanya segelintir yang mau "menerima tanpa syarat" menanam stek bibit daun afrika yang ditawarkan. Itu pun sejumlah ala kadarnya. Hanya 1 petani Purwokerto, 1 petani buruh di Cilacap, 1 petani di Banjaran, 1 petani di kaki gunung Manglayang, dan 1 produsen pakan sapi di Arjasari
Daun afrika harus berjuang hingga mencapai reputasinya yang unggul. Akhirnya, seorang tetua kelompok tani di Bandung Utara, menyatakan menyerahkan 15 hektar lahan yang dikuasainya, untuk ditanami daun afrika.
"Kapan mau survey lokasi," kata teman yang sedang di kebun induk Tanjungsari Sumedang. Rupanya teman yang sedang mengantar stek bibit ini tidak sengaja bertemu tetua kelompok tani. Lahan 15 hektar ini berada di Cinunuk, di kaki gunung Manglayang. Kabar gembira, ini tentunya.
Jadi, apa alasan tetua kelompok tani di Bandung "berbeda" menanggapi isu potensi tani daun afrika ini? Rupanya, dari seluruh "dongeng" saya soal kemanfaatan daun afrika beberapa hari lalu, ada 3 yang menjadi alasan untuk para petani mengambil keputusan membudidayakan tanaman daun afrika, yang asal aslinya dari benua afrika, tetapi masuk ke Indonesia melalui para pengobat tradisional Cina.
Daun afrika cukup meyakinkan para petani karena 3 informasi manfaat:
Ketiga alasan di atas cukuplah sudah untuk meyakinkan para petani berani membudidayakan daun afrika. "Janji-janji politik" sesungguhnya lebih banyak lagi yang diberikan daun afrika. Sekarang ini sudah cukup bagi kelompok tani berdaya yang mengadopsi konsep pertanian terpadu. Kelompok tani yang mandiri tentu tidak akan menemui kesulitan untuk "menjual" hasil panen daun afrikanya.
Setiap pelaku usaha tani selalu menanyakan ihwal pihak yang akan menampung hasil panennya nanti, jika mereka berkenan membudidayakan. Nyaris semua petani tidak berani berspekulasi. Janganlah menumpahkan air di tempayan, hanya karena mengharapkan hujan dari langit, begitu kata mereka.
Visi bahwa tumbuhan ini memiliki masa depan cerah sebagai "selebriti" dunia herbal, tidak menjadi alasan bagi petani untuk memberi hati. Saya pun merayu agar para petani mau menjadikannya tanaman pagar atau pembatas lahan, jika masih belum percaya menanamnya sebagai tanaman utama.
Hampir 3 tahun upaya PDKT (pendekatan) kepada dunia tani, hanya segelintir yang mau "menerima tanpa syarat" menanam stek bibit daun afrika yang ditawarkan. Itu pun sejumlah ala kadarnya. Hanya 1 petani Purwokerto, 1 petani buruh di Cilacap, 1 petani di Banjaran, 1 petani di kaki gunung Manglayang, dan 1 produsen pakan sapi di Arjasari
Daun afrika harus berjuang hingga mencapai reputasinya yang unggul. Akhirnya, seorang tetua kelompok tani di Bandung Utara, menyatakan menyerahkan 15 hektar lahan yang dikuasainya, untuk ditanami daun afrika.
"Kapan mau survey lokasi," kata teman yang sedang di kebun induk Tanjungsari Sumedang. Rupanya teman yang sedang mengantar stek bibit ini tidak sengaja bertemu tetua kelompok tani. Lahan 15 hektar ini berada di Cinunuk, di kaki gunung Manglayang. Kabar gembira, ini tentunya.
Jadi, apa alasan tetua kelompok tani di Bandung "berbeda" menanggapi isu potensi tani daun afrika ini? Rupanya, dari seluruh "dongeng" saya soal kemanfaatan daun afrika beberapa hari lalu, ada 3 yang menjadi alasan untuk para petani mengambil keputusan membudidayakan tanaman daun afrika, yang asal aslinya dari benua afrika, tetapi masuk ke Indonesia melalui para pengobat tradisional Cina.
Daun afrika cukup meyakinkan para petani karena 3 informasi manfaat:
- disukai oleh ikan gurame dan menyebabkan ikan memiliki daging yang pungkil (laporan dari Purwokerto)
- disukai kambing/domba dan menjadi solusi di musim kemarau saat rumput terlalu kering, sedangkan daun afrika selalu tumbuh (laporan dari Karangpucung, Cilacap)
- telah dicoba dijadikan campuran/formula pakan sapi (laporan Arjasari)
Ketiga alasan di atas cukuplah sudah untuk meyakinkan para petani berani membudidayakan daun afrika. "Janji-janji politik" sesungguhnya lebih banyak lagi yang diberikan daun afrika. Sekarang ini sudah cukup bagi kelompok tani berdaya yang mengadopsi konsep pertanian terpadu. Kelompok tani yang mandiri tentu tidak akan menemui kesulitan untuk "menjual" hasil panen daun afrikanya.
Minggu, 03 Mei 2015
Daun Afrika Inovasi Nusantara
Iya, itulah nama ku DAIN kependekan dari Daun Afrika Inovasi Nusantara. Kata orang pintar saya cocok menjalankan bisnis rumput-rumputan. Mungkin maksudnya tumbuhan yang tidak besar dan bukan diambil kayunya (kehutanan) atau buahnya (perkebunan). Jadi, rumput itu maksudnya ya dipanen daunnya saja atau mungkin akarnya.
Jadi terawangan cenayang itu cocok dengan studi yang saya dalami, yaitu ilmu dan teknologi hayati. Juga selaras dengan kursus yang pernah saya dalami, yaitu kursus herbal di karyasari Pondok Gede dengan wisata kebun ke Bogor.
Lalu dengan latar belakangan pendidikan formal dan non-formal yang mendukung itu, mengapa saya tidak fokus menjadi pengobat herbal? Ya karena tidak tahan menghadapi orang sakit yang inginnya cespleng sembuh. Pada hakikatnya, pengobatan herbal itu adalah pengobatan holistik. Sakit yang sama pada orang yang berbeda boleh jadi memerlukan rangkaian simplisia tanaman yang berbeda. Sakit yang sama itu sesungguhnya tidak pernah sama. Setiap orang unik, maka penyakit pun serupa tapi tak sama. Begitulah paradigma pengobatan dengan herbal.
Itulah bedanya dengan pengobatan medis yang menggunakan obat yang kerjanya spesifik, tertentu. Siapa pun orangnya, (gejala) sakit kepala ya dapat diobati dengan paracetamol. Begitulah industri farmasi dan kesehatan barat.
Meski pun saya tidak praktik pengobatan alternatif, wawasan tumbuhan herbal tetap merupakan keseharian saya. Sampai saya menemukan tumbuhan sakti mandraguna, yaitu daun afrika. Maka apa pun penyakitnya, siapa pun orangnya, bagaimana pun keadaannya, saya meresepkan daun afrika untuk kesembuhannya. Karena begitu getolnya mendorong sosialisasi daun afrika(Vernonia amygdalina), maka nama saya pun kini mengandung arti yang lain. Dain yang dulu mungkin maksudnya pembawa berita (da'i) kini menjadi Daun Afrika Inovasi Nusantara. Hahaha.
Daun afrika ini memang sangat berkhasiat dan kerjanya pun cepat dibandingkan herbal lainnya. Daun afrika tidak memerlukan pengolahan untuk mendapatkan khasiatnya, cukup langsung dilalap.
Lalu di mana INOVASInya?
Iya, saya telah mengolah daun afrika menjadi beragam produk. Pertama dulu telah diaplikasikan menjadi minuman fungsional untuk tidur lebih nyenyak dan bangun lebih nyentak. (maksak hehe)
Jadi terawangan cenayang itu cocok dengan studi yang saya dalami, yaitu ilmu dan teknologi hayati. Juga selaras dengan kursus yang pernah saya dalami, yaitu kursus herbal di karyasari Pondok Gede dengan wisata kebun ke Bogor.
Lalu dengan latar belakangan pendidikan formal dan non-formal yang mendukung itu, mengapa saya tidak fokus menjadi pengobat herbal? Ya karena tidak tahan menghadapi orang sakit yang inginnya cespleng sembuh. Pada hakikatnya, pengobatan herbal itu adalah pengobatan holistik. Sakit yang sama pada orang yang berbeda boleh jadi memerlukan rangkaian simplisia tanaman yang berbeda. Sakit yang sama itu sesungguhnya tidak pernah sama. Setiap orang unik, maka penyakit pun serupa tapi tak sama. Begitulah paradigma pengobatan dengan herbal.
Itulah bedanya dengan pengobatan medis yang menggunakan obat yang kerjanya spesifik, tertentu. Siapa pun orangnya, (gejala) sakit kepala ya dapat diobati dengan paracetamol. Begitulah industri farmasi dan kesehatan barat.
Meski pun saya tidak praktik pengobatan alternatif, wawasan tumbuhan herbal tetap merupakan keseharian saya. Sampai saya menemukan tumbuhan sakti mandraguna, yaitu daun afrika. Maka apa pun penyakitnya, siapa pun orangnya, bagaimana pun keadaannya, saya meresepkan daun afrika untuk kesembuhannya. Karena begitu getolnya mendorong sosialisasi daun afrika(Vernonia amygdalina), maka nama saya pun kini mengandung arti yang lain. Dain yang dulu mungkin maksudnya pembawa berita (da'i) kini menjadi Daun Afrika Inovasi Nusantara. Hahaha.
Daun afrika ini memang sangat berkhasiat dan kerjanya pun cepat dibandingkan herbal lainnya. Daun afrika tidak memerlukan pengolahan untuk mendapatkan khasiatnya, cukup langsung dilalap.
Lalu di mana INOVASInya?
Iya, saya telah mengolah daun afrika menjadi beragam produk. Pertama dulu telah diaplikasikan menjadi minuman fungsional untuk tidur lebih nyenyak dan bangun lebih nyentak. (maksak hehe)
![]() |
minuman fermentasi ekstrak daun afrika |
Selain minuman, saya juga telah membuat sabun wajah dengan bahan baku daun afrika. Sekarang saya sedang mencoba mengembangkan daun afrika menjadi suatu sistem perawatan kecantikan tubuh dan wajah untuk rumah perawatan alias salon.
Inovasi lainnya yang bakal segera terwujud adalah pemanfaatan daun afrika untuk minuman fungsional dalam bentuk serbuk instan, mungkin dengan sensasi effervescent.
Itulah sekelumit bocoran inovasi berbekal hasil usahatani daun afrika. Jadi semoga Anda setuju, DAIN itu adalah Daun Afrika Inovasi Nusantara
Selasa, 21 April 2015
Daun afrika Terbaik Dikembangkan di Bandung
Tatar Bandung bisa menjadi kawasan ideal pengembangan daun afrika ini. Kebanyakan orang berpikir bahwa tanaman ini cocok di tempat panas, dataran rendah. Yang terpikir soal afrika adalah daerah panas yang bikin gosong. Padahal di afrika tropis ada puncak gunung Kilimanjaro dengan es abadi.
Mengapa Tatar Bandung penting bagi usaha tani pohon daun afrika?
Sekarang ini produk berbahan baku daun afrika sudah mulai diterima masyarakat. Pada umumnya masih sederhana dalam bentuk teh herbal. Para produsen dan pedagang mulai menggeliat di Medan, Batam, Jakarta, dan Jawa Barat. Di Amerika Serikat pun, produk yang mampu dimasyarakatkan baru bentuk teh herbal ini.
Daun afrika ini masih luas kemungkinan pengembangan produk. Selain teh herbal, baik dengan simplisia segar (saya lebih suka), maupun pun kering, telah dicoba memroduksi sabun muka dengan kandungan virgin coconut oil dan ekstrak daun afrika. Beberapa teman dekat yang mencobanya, melaporkan kesan positif atas produk ini. Umumnya melaporkan baik untuk mengatasi jerawat. Berikutnya akan diproduksi krim wajah
Selain itu, bagi yang tidak suka rasa pahit daun afrika segarnya jika dilalab, atau tidak bisa menikmati aroma teh herbalnya yang menyengat, saya mencoba melakukan inovasi produksi teh herbal difermentasi. Khasiatnya diperkuat.
Yang mutakhir, ada penemuan baru ekstrak daun afrika Vernonia amygdalina ini, yang rasanya tidak terlalu pahit, aromanya lebih lembut, dan warnanya eksotik. Biasanya teh herbal warnanya kuning termasuk teh daun afrika, tetapi penemuan baru, yang sedang dalam proses pendaftaran HaKI, warnanya hijau zambrut. Cantiknya.
Mengapa Tatar Bandung penting bagi usaha tani pohon daun afrika?
- Di habitat aslinya pohon daun afrika ini tumbuh pada ketinggian lebih dari 1500 m dpl. Bandung kota hanya plus minus 700 m dpl, sesungguhnya masih kurang ideal. Di halaman saya, perdu berkayu ini mampu berbunga, waktunya di sekitar akhir tahun, tetapi gagal berbuah. Bunga-bunga mengering setelah semerbak sejenak. Di tempat yang rendah, seperti Jakarta dan Tangerang serta Medan, hampir semua pemilik pohon, tidak pernah melihat pohon daun afrika miliknya berbunga. Wangi bunga berwarna putih ini mirip melati tetapi lebih lembut dan kurang merebak. Jika mendapatkan lahan ideal, pohon daun afrika ini akan berbuah, dan orang akan berebut mencoba khasiat afrodisiak, obat kuat, gitu.
bunga pohon daun afrika, putih dan wangi mirip melati |
- Bandung tempat bercokol beberapa perguruan tinggi yang memiliki kompetensi terkait pengembangan produk dan produksi. Ada ITB yang merupakan perintis pendidikan sains di Indonesia; ada Unpad yang fakultas farmasinya cukup eksis dalam menghasilkan formula obat herbal terstandar; ada Unpas yang bidang teknologi pangannya cukup menonjol. Jadi tidak ada alasan daun afrika tidak sukses di Bandung
- Pada level perdagangan, di Bandung juga banyak toko herbal dan jamu yang telah lahir dan tumbuh puluhan tahun, masing-masing memiliki pelanggan yang bejibun, tidak hanya warga kota, tetapi datang dari luar kota. Salasatu yang terkenal, sudah tumbuh 3 generasi, adalah toko bahan jamu Babah Kuya. Keberadaan toko-toko besar ini mempermudah akses kepada para pengobat alternatif atau pengguna langsung daun afrika.
- Komunitas kreatif sudah menjadi ciri unggul Bandung, utamanya dalam sektor kuliner, makanan dan minuman. Daun afrika membutuhkan “darah segar” ide dan gagasan pemanfaatan. Daunnya yang amat pahit ini sering menjadi kendala, sekalipun bagi mereka yang benar-benar ingin sembuh dari penyakit. Mungkin merupakan potensi bisnis bisa menyajikan daun afrika dalam menu sup atau minuman hangat yang nikmat.
Sekarang ini produk berbahan baku daun afrika sudah mulai diterima masyarakat. Pada umumnya masih sederhana dalam bentuk teh herbal. Para produsen dan pedagang mulai menggeliat di Medan, Batam, Jakarta, dan Jawa Barat. Di Amerika Serikat pun, produk yang mampu dimasyarakatkan baru bentuk teh herbal ini.
Daun afrika ini masih luas kemungkinan pengembangan produk. Selain teh herbal, baik dengan simplisia segar (saya lebih suka), maupun pun kering, telah dicoba memroduksi sabun muka dengan kandungan virgin coconut oil dan ekstrak daun afrika. Beberapa teman dekat yang mencobanya, melaporkan kesan positif atas produk ini. Umumnya melaporkan baik untuk mengatasi jerawat. Berikutnya akan diproduksi krim wajah
Daun afrika menjadi sabun wajah |
Selain itu, bagi yang tidak suka rasa pahit daun afrika segarnya jika dilalab, atau tidak bisa menikmati aroma teh herbalnya yang menyengat, saya mencoba melakukan inovasi produksi teh herbal difermentasi. Khasiatnya diperkuat.
![]() |
Daun afrika menjadi minuman kesehatan fungsional |
![]() |
Ekstrak ajaib pohon daun afrika |
Senin, 20 April 2015
Daun Afrika Menjelang Konferensi Asia Afrika
Kecil hati juga ya, saat kota tempat saya hajat panjang dan begitu sibuk pakepuk, saya kok tidak terlibat. Konferensi Asia Afrika diperingati semarak sekali. Alun-alun kota bersolek, trotoar disulap, kini banyak bangku romantis di sepanjang jalan Asia Afrika, lampu-lampu antik artistik kini mempercantik jalan kenangan gerakan kemerdekaan bangsa-bangsa asia dan afrika itu.
Padahal saya telah lebih dari 2 tahun berkiprah "menjalin" hubungan, bukan diplomatis, tapi hubungan medis hahahaha. Ya, pohon asal benua hitam telah menjadi program kerja saya dalam bidang kesehatan masyarakat. Bibit-bibit pohon dalam bentuk stek telah saya bagikan, gratis maupun berbayar, bersama kegiatan komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE)nya.
Ah seandainya saya bisa mendapatkan tempat di kancah internasional ini, mungkin saya akan lebih lancar lagi membangun sesuatu bersama daun afrika yang memiliki nama ilmiah Vernonia amygdalina Del. ini. Saya sih hanya kepingin bertemu dengan orang afrika aslinya. Saya ingin menyapa "Hai, saya telah mendapatkan berkah dari tanaman asal tempat Anda."
Saya ingin mendengar cerita dari orang afrika aslinya bagaimana kedekatan mereka dengan tumbuhan yang menghebohkan dunia perherbalan global. Apakah mereka tahu atau malah tidak?
Padahal saya telah lebih dari 2 tahun berkiprah "menjalin" hubungan, bukan diplomatis, tapi hubungan medis hahahaha. Ya, pohon asal benua hitam telah menjadi program kerja saya dalam bidang kesehatan masyarakat. Bibit-bibit pohon dalam bentuk stek telah saya bagikan, gratis maupun berbayar, bersama kegiatan komunikasi, edukasi, dan informasi (KIE)nya.
Ah seandainya saya bisa mendapatkan tempat di kancah internasional ini, mungkin saya akan lebih lancar lagi membangun sesuatu bersama daun afrika yang memiliki nama ilmiah Vernonia amygdalina Del. ini. Saya sih hanya kepingin bertemu dengan orang afrika aslinya. Saya ingin menyapa "Hai, saya telah mendapatkan berkah dari tanaman asal tempat Anda."
Saya ingin mendengar cerita dari orang afrika aslinya bagaimana kedekatan mereka dengan tumbuhan yang menghebohkan dunia perherbalan global. Apakah mereka tahu atau malah tidak?
Kamis, 16 April 2015
Daun Afrika Khasiat Selengkapnya
Setelah memaksakan diri membaca situs berhuruf mandarin,
akhirnya saya menemukan bahwa tanaman ini bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del.
Dengan terungkapnya jatidiri tumbuhan ini, maka dengan mudah kita menemukan
laporan jurnal-jurnal ilmiah dan medis yang mengupas posisi, peran-fungsi,
kandungan zat aktif, serta yang terpenting manfaat medis bagi manusia.
Berikut ini rangkuman
dari wisata pustaka husada dan pementasan realita dalam dunia medika yang bisa
saya bagikan.
Jerawat
Persoalan kecil, tetapi terlampau sulit untuk diabaikan, sebab menghinggapi muka, dan membuat kaum remaja merasa bakal kehilangan muka. Itulah fenomena jerawat. Tenang, sekarang ada daun afrika. Ga becanda bahwa pohon ini, sudah dibuktikan oleh peneliti dari perguruan tinggi paling kesohor di Sumatera, yaitu Universitas Sumatera Utara. Ekstrak daun afrika yang diaplikasikan dalam bentuk krim telah meyakinkan mampu mengalahkan bakteri-bakteri penyebab jerawat. Jerawat adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar pilosebasea. Keadaan ini sering dialami oleh remaja dan dewasa muda yang akan menghilang dengan sendirinya pada usia sekitar 20-30 tahun. Ada juga orang setengah baya yang mengalami jerawat. Jerawat biasanya berkaitan dengan tingginya sekresi sebum.
Propionibacterium acne
dan Staphylococcus
epidermidis adalah organisme utama yang pada umumnya memberi kontribusi
terhadap terjadinya jerawat. P. acnes adalah termasuk
gram-positif berbentuk batang, tidak berspora, sedangkan S. epidermidis adalah
gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam bentuk kelompok-kelompok
yang tidak teratur seperti anggur. Semuanya tentunya jika dilihat di bawah
mikroskop dengan teknik pewarnaan tertentu.
Pengobatan jerawat di
klinik kulit biasanya menggunakan antibiotik, benzoil peroksida dan retinoid.
Obat ini memiliki efek samping antara lain iritasi. Oleh karena itu dicari
alternatif dalam pengobatan jerawat dengan menggunakan bahan-bahan alam yang
berkhasiat sebagai antibakteri yaitu daun afrika.
Daun afrika banyak
tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di Nigeria dan negara yang
beriklim tropis salah satunya adalah Indonesia. Pada tahun 2009 telah dilakukan
pembudidayaan tanaman daun Afrika di Bogor. Tanaman ini mudah tumbuh pada
daerah yang curah hujan cukup tinggi.
Daun Afrika
mengandung flavonoid, tanin, saponin dan terpenoid yang mampu membunuh parasit
penyebab schistosomiasis, malaria, leishmaniasis. Daun afrika juga telah
terbukti secara ilmiah berfungsi sebagai anti-amoeba, antitumor dan
antimikroba.
Salah satu alternatif
sediaan yang dapat digunakan untuk pengobatan jerawat adalah sediaan topikal
misalnya krim. Sifat umum sediaan krim ialah mampu melekat pada permukaan
tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau
dihilangkan. Krim dapat melembapkan dan mudah tersebar merata, mudah
berpenetrasi pada kulit,mudah diusap, mudah dicuci air.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dibuat formula ekstrak
etanol daun Afrika dalam bentuk sediaan krim untuk pengobatan jerawat. Sediaan
krim dipilih karena mempunyai keuntungan yaitu sederhana dalam pembuatannya,
mudah dalam penggunaan, daya menyerap yang baik dan memberikan rasa dingin pada
kulit.
Selain dalam bentuk
krim, di Bandung juga telah diproduksi sabun wajah yang mengandung ekstrak daun
afrika. “Sabun ini berbasis herbal dan virgin coconut oil,” kata Santhy Sri
Yunita pemilik Bydara Salon & Spa Herbal Treatment. “Seorang ibu melaporkan
bahwa sabun mengandung ekstrak daun afrika ini menyembuhkan jerawat anak
remajanya. Ada juga sarjana baru yang sembuh,” kata Santhy sambil menunjukkan
sabun ekstrak daun afrika pertama dan satu-satunya di dunia.
Awet Muda
Para ilmuwan spesialis di Malaysia telah menemukan alasan
bukti konsistensi kedahsyatan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air
dari daun afrika. Antioksidan yang beragam didapati pada daun afrika ini mampu
bekerja tidak saja dalam tataran "teori" yang logis, tetapi praktis
empiris.
Setidaknya ada 6
peneliti, dengan latar belakang spesialisasi berbeda, yang menuliskan laporan
dalam jurnal bioteknologi yang diterbitkan pada 2012. Mereka adalah Wang Yong
Ho, Abdul Hadi Naoman Yousr, dan Noorjahan Banu Alitheen (Department of Cell
and Molecular Biology, Universiti Putra Malaysia), Boon Kee Beh (Department of
Bioprocess Technology, Universiti Putra Malaysia), Swee Keong Yeap (Institute
of Bioscience, Universiti Putra Malaysia), dan Woon San Liang (Spektra Biotek
Sdn Bhd).
Potensi ekstrak air
dari daun afrika sebagai agen antioksidan in vitro telah lama ditemukan
sebelumnya. Pada penelitian ini, mereka melakukan pembuktian kuantitatif atas
aktivitas antioksidan daun afrika, tidak saja secara in vitro, tetapi juga in
vivo.
Pengujian dalam studi
ini meliputi DPPH radical scavenging assay, aktivitassuperoxide dismutase
(SOD), malondialdehyde (MDA) level dan total antioxidant capacity (TAOC).
Pada in vitro DPPH
assay menunjukkan bahwa ekstrak daun afrika merupakan agen antioksidan moderat
bila dibandingkan terhadap vitamin C. Pada tes
in vivo, peningkatan SOD dan TAOC serta penurunan level-level MDA
teramati pada organ-organ dan darah dari hewan percobaan yang mendapatkan
perlakuan. Disimpulkan bahwa ekstrak daun afrika berpotensi sebagai agen
antioksidan yang dapat melindungi sel-sel pada organ terhadap stres oksidasi.
Sebagai kesimpulan,
para peneliti sepakat menyatakan bahwa ekstrak semprot kering (dried spray)
daun afrika memiliki aktivitas antioksidan, baik in vitro dan in vivo. Dalam
penelitian ini terbukti daun afrika tidak hanya mampu meningkatkan plasma dan
tingkat antioksidan sel darah merah, tetapi juga mampu untuk masuk ke dalam
sel-sel hidup di organ dan melindungi mereka dari kerusakan oksidatif, setelah
14 hari konsumsi terus menerus.
Hal ini dapat
digunakan dalam mengompensasi penurunan kapasitas antioksidan total dalam
paru-paru dan hati dan meningkatkan tingkat SOD dalam organ dan darah. Secara
keseluruhan hal ini berarti daun afrika mampu mengurangi risiko peroksidasi
lipid.
Diabetes
Daun afrika tidak hanya mengurangi tingkat gula darah secara
drastis, tetapi juga membantu memperbaiki pankreas. Anjuran pemakaian, peras 10
genggam daun segar dicampur dengan 10 liter air, minumlah 2 gelas, 3 x sehari.
Beberapa orang juga menambah segenggam daun afrika untuk dimakan juga.
Menurut sebuah
penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pharmacy & Bioresources, para
peneliti di University of Jos, menyatakan bahwa ekstrak kloroform kasar daun
afrika memiliki efek anti-diabetes pada tikus dengan diabetes mellitus
(diabetes tipe 2), pada kondisi laboratorium.
Demikian pula, para
peneliti menulis dalam Medical Journal of Islamic World Academy of Sciences
bahwa pemberian ekstrak air daun afrika dengan konsentrasi 500 mg / kg berat
badan secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah. Kemanjurannya
menurunkan kadar glukosa darah adalah sebanding dengan klorpropamid, obat
standar yang digunakan dalam pengelolaan diabetes.
Nyatanya, obat
anti-diabetes herbal berbasis daun afrika telah lulus uji klinis dan menerima
Paten Amerika Serikat nomor 6531461 untuk pengobatan diabetes sejak 2008.
Serangan Jantung dan Stroke
Konsumsi rutin sayuran seperti daun afrika dan Telfairia
occidentalis (Ugwu) dapat membantu mengatur kadar kolesterol dalam
darah, yang merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke. Penumpukan
kolesterol dan zat-zat lain yang disebut plak, dapat mempersempit arteri hingga
tersumbat, menyebabkan arteriosklerosis, atau pengerasan pembuluh darah. Seiring
waktu, hal ini menyebabkan serangan jantung.
Studi, yang
dipublikasikan dalam African Journal Of Biochemistry pada 2011, menunjukkan
bahwa diet daun afrika dan ugwu menyebabkan peningkatan serum kolesterol baik
(HDL) secara signifikan, menunjukkan peran protektif terhadap jantung dan
pembuluh darah, termasuk dari serangan jantung.
Sakit perut
Dalam kasus sembelit, sakit perut dan radang lambung, daun
afrika adalah obat. Mengunyah batang lembut tanaman atau di-jus dengan tambahan
sedikit garam hingga tiga sendok makan, adalah upaya peredaan segera.
Malaria
Daun afrika telah banyak digunakan dan diakui kemanjurannya
dalam mencegah malaria. Daun mentah dipetik dan dicuci sebelum diperas untuk
mendapatkan jusnya. Minum jus langsung sebagai penangkal malaria.
Dalam studi antimalaria, para peneliti menemukan bahwa di
bawah kondisi laboratorium, ekstrak daun afrika yang terbuat dari air dan
etanol menunjukkan aktivitas antimalaria moderat dengan tingkat toksisitas yang
dapat diabaikan dalam tes hewan-tikus.
Pada edisi 2011 dari
studi Science World Journal, ekstrak etanol daun afrika menunjukkan aktivitas
antimalaria tertinggi 78,1 persen. Ekstrak air memiliki penghambatan
pertumbuhan parasit malaria sebesar 74,0 persen.
Pada studi lain,
didokumentasikan dalam jurnal African Health Sciences, 2008, daun afrika
berpotensi membalikkan resistensi chloroquine bila digunakan sebagai adjuvant
bersama obat standar untuk malaria itu.
Rematik dan Arthritis
Seorang apoteker lulusan pendidikan profesi di ITB, Dra
Kurniawati, Apt., menyatakan khasiat mengonsumsi daun afrika secara rutin
sangat terasa. "Terutama pada lansia yang mengalami keluhan radang sendi,
dalam seminggu mengonsumsi daun afrika, keluhan hilang atau reda,"
katanya. "Bahkan ada yang terpaksa sholat sambil duduk, karena sakit tak
tertahankan pada lutut saat melakukan gerakan berdiri setelah sujud, dalam
waktu singkat bisa kembali sholat normal," kata Ibu yang berhijab ini.
Apakah kesembuhan
dari keluhan persendian ini karena efek anti radang sendi atau anti rasa sakit
saja? Kurniawati, yang menyelesaikan studi farmasi S1 di Unpad ini, meyakini
ada mekanisme lain yang terkait dengan sistem imun. "Ada banyak macam
sakit sendi, harus dokter yang memastikan diagnosisnya. Yang mereka rasakan
hanya gejalanya saja," katanya. Untungnya mengonsumsi daun afrika akan
memperoleh efek lengkap untuk satu gejala kompleks radang sendi ini, yaitu
anti-inflamasi, pereda sakit, dan meningkatkan imunitas.
Anti-anflamasi dan Analgesik
Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam
British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International
Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan
hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa
nyeri).
Meningitis
Meningitis, di akhir Maret 2015 menjadi trending topic.
Tiada hari tanpa kuliah kesehatan, baik di dunia nyata maupun maya. Media
jurnalistik konvensional maupun situs-situs elektronik dan medsos tak henti
berkicau soal penyakit maut ini. Nyalakan TV, stel radio, buka medsos, selusur
online, ada saja yang membagikan informasi atau sekadar komentar tentang
penyakit yang menyebabkan kematian komedian Olga.
Ceriwis ihwal
meningitis ini boleh jadi karena nama besar penderita yang menjadi berita.
Ataukah masyarakat terguncang kabar besarnya biaya perawatan rumah sakit kelas
internasional yang hingga ratusan juta per hari? Bisa juga lantaran selama ini
nama penyakit ini nyaris tak tergubris dan sekonyong-konyong menyebabkan
penderitaan panjang seorang public figure yang sebelumnya nyaris setiap hari
merilis canda tawa paling laris.
Jadi, jelas sekarang
khalayak langsung cerdas jika ditanya soal penyakit yang menyerang selaput otak
dan sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan. Setidaknya kini orang
tahu bahwa meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, dan kuman lainnya, dan ada juga sebab-sebab non-infeksi. Yah sekali klik
di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Meningitis, kita langsung paham, bahwa
begitu banyak penyebab, gejala, efek dan dampak terkait penyakit yang
sebenarnya sudah diketahui keberadaannya sejak jaman Yunani kuno Hippocrates
dan keemasan arab Ibnu Sina.
Pernah ada wabah
besar di berbagai belahan bumi, dan menjadi terkendali sejak ditemukan
antibiotik dan vaksin. Epidemik terakhir baru saja usai di afrika sub-sahara,
yaitu pada 1996-1997, yang mengakibatkan terjadi 250.000 kasus dan 25.000
kematian. Mengerikan. Memang di benua hitam ini ada daerah yang disebut sabuk
penyakit meningitis.
Kini kedokteran sudah
berkembang dan lebih siap menghadapi meningitis. Namun demikian tetap saja
banyak kejutan. Kedokteran dan layanan kesehatan negara semaju Singapura tidak
cukup memuaskan dalam memberikan solusi, apalagi rumah sakit dalam negeri.
Jadi, yuk kita upayakan tindakan komplementer dan alternatif, selain upaya
preventif dengan langkah-langkah higienis.
DAUN AFRIKA YANG SEDANG MERAJA
Saya, lagi-lagi, dan memang tergila-gila, menawarkan obat
penawar berupa daun afrika. Sesungguhnya sama sekali bukan obat penawar, bahkan
bukan obat. Namun, percayalah, cukup banyak alasan dan dasar, tentu saja
semaksimal mungkin dicarikan yang bersifat ilmiah, untuk menggunakan tanaman asal
afrika ini melawan penyakit yang epidemik di afrika juga.
Awalnya orang
mengenal khasiat daun afrika dari pengamatan pada perilaku simpanse. Tanaman
ini bukan makanan sehari-hari monyet afrika tanpa buntut itu. Hewan, yang
tergolong cerdas dan banyak diajak main film ini, mungkin juga tahu, bahwa
rasanya pahit nian, ga enak. Simpanse memakannya hanya jika sedang sakit
infeksi, terutama oleh serangan protozoa dan cacing. Dari contoh oleh alam ini
lah, manusia menelaah dan mengembangkan pemanfaatan.
Adakah hasil riset
biomedis yang menghubungkan meningitis dan daun afrika? Mari kita simak
sebagian jurnal ilmiah tentang ini. Selanjutnya akan kita cari lagi hasil-hasil
riset klinis yang lebih mendalam.
Para ilmuwan telah
menemukan bahwa mengonsumsi daun afrika akan memperoleh manfaat multi-efek
untuk gejala-gejala kompleks terkait meningitis, yaitu anti-inflamasi
(anti-radang), pereda sakit, dan meningkatkan imunitas melawan kuman.Aksi
anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of
Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced
Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang
membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).
Sebuah hasil penelitian ilmiah dilaporkan dalam Global
Journal of Biotechnology and Biochemistry tentang ekstrak daun afrika yang
terbukti meningkatkan angka CD4+. CD4+ ini merupakan parameter yang digunakan
dalam studi imunitas (daya tahan tubuh). Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita
HIV/AIDS, misalnya, biasa dari waktu ke waktu diukur angka CD4+ sang pasien.
Berikut ini grafik yang menunjukkan bukti aksi daun afrika pada sistem imun
dengan parameter sel CD4+.
Para peneliti
menyatakan bahwa ekstrak air dari daun afrika dengan dosis 200-800 mg/kg berat
badan, dalam penggunaan selama 21 hari, meningkatkan jumlah sel CD4+ pada tikus
percobaan. Karena itu, kata peneliti farmasi dari 2 perguruan tinggi di Nigeria
ini, ekstrak air dari daun tumbuhan yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del
ini dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh (immune booster) pada
kondisi kesehatan yang dikompromikan. Begitu.
Sebagai penutup,
teringat kata guru saya dulu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih
daripada itu, apa pun pengobatan yang sedang dijalani, tidak ada salahnya
menjadikan daun yang pahit ini menjadi lalapan penjinak penyakit. Seperti
simpanse, jika Anda sakit infeksi, tambahkan sayuran ini sebagai diet, sejauh
tidak dilarang dokter.
Sabtu, 28 Maret 2015
Daun Afrika Menghadang Meningitis
Meningitis, hari-hari ini menjadi bab kuliah kesehatan paling populer di dunia nyata dan dunia maya, media jurnalistik konvensional maupun situs-situs elektronik dan medsos. Nyalakan TV, stel radio, buka medsos, selusur online, ada saja yang membagikan informasi atau sekadar komentar tentang penyakit yang menyebabkan kematian komedian Olga. Ceriwis ihwal meningitis ini boleh jadi karena nama besar penderita yang menjadi berita. Ataukah masyarakat terguncang kabar besarnya biaya perawatan rumah sakit kelas internasional? Bisa juga lantaran selama ini nama penyakit ini nyaris tak tergubris dan sekonyong-konyong menyebabkan penderitaan panjang seorang public figure yang sebelumnya nyaris setiap hari merilis canda tawa paling laris.
Jadi, jelas sekarang khalayak langsung cerdas jika ditanya soal penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan. Setidaknya kini orang tahu bahwa meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan kuman lainnya, dan ada juga sebab-sebab non-infeksi.
Yah sekali klik di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Meningitis, kita langsung paham, bahwa begitu banyak penyebab, gejala, efek dan dampak terkait penyakit yang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya sejak jaman Yunani kuno Hippocrates dan keemasan arab Avicenna.
Pernah ada wabah besar di berbagai belahan bumi, dan menjadi terkendali sejak ditemukan antibiotik dan vaksin. Epidemik terakhir baru saja usai di afrika sub-sahara, yaitu pada 1996-1997, yang mengakibatkan terjadi 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Mengerikan.
Kini kedokteran sudah berkembang dan lebih siap menghadapi meningitis. Namun demikian tetap saja banyak kejutan. Kedokteran dan layanan kesehatan negara semaju Singapura tidak cukup memuaskan dalam memberikan solusi, apalagi rumah sakit dalam negeri. Jadi, yuk kita upayakan tindakan komplementer dan alternatif, selain upaya preventif dengan langkah-langkah higienis.
DAUN AFRIKA YANG SEDANG MERAJA
Saya, lagi-lagi, dan memang sedang tergila-gila, menawarkan obat penawar berupa daun afrika. Sesungguhnya sama sekali bukan obat penawar, bahkan bukan obat. Namun, percayalah, cukup banyak alasan dan dasar, tentu saja semaksimal mungkin dicarikan yang bersifat ilmiah, untuk melawan penyakit yang menjadi epidemik di afrika tertentu itu dengan tanaman asal afrika juga.
Awalnya orang mengenal khasiat daun afrika dari pengamatan perilaku simpanse. Tanaman ini bukan makanan sehari-hari monyet afrika tanpa buntut itu. Hewan, yang tergolong cerdas dan banyak diajak main film ini, mungkin juga tahu, bahwa rasanya pahit nian. Simpanse memakannya jika sedang sakit infeksi, terutama oleh serangan protozoa dan cacing. Dari contoh oleh alam ini lah, manusia menelaah dan mengembangkan pemanfaatan.
Adakah hasil riset biomedis yang menghubungkan meningitis dan daun afrika? Mari kita simak sebagian jurnal ilmiah tentang ini. Selanjutnya akan kita cari lagi hasil-hasil riset klinis yang lebih mendalam.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi daun afrika akan memperoleh manfaat multi-efek untuk gejala-gejala kompleks terkait meningitis, yaitu anti-inflamasi (anti-radang), pereda sakit, dan meningkatkan imunitas melawan kuman.
Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).
Sebuah hasil penelitian ilmiah dilaporkan dalam Global Journal of Biotechnology and Biochemistry tentang ekstrak daun afrika yang terbukti meningkatkan angka CD4+. CD4+ ini merupakan parameter yang digunakan dalam studi imunitas (daya tahan tubuh). Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS, misalnya, biasa dari waktu ke waktu diukur angka CD4+ ini.
Berikut ini grafik yang menunjukkan bukti aksi daun afrika pada sistem imun dengan parameter sel CD4+.
Jadi, jelas sekarang khalayak langsung cerdas jika ditanya soal penyakit yang menyerang selaput otak dan sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan. Setidaknya kini orang tahu bahwa meningitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan kuman lainnya, dan ada juga sebab-sebab non-infeksi.
Yah sekali klik di sini http://id.wikipedia.org/wiki/Meningitis, kita langsung paham, bahwa begitu banyak penyebab, gejala, efek dan dampak terkait penyakit yang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya sejak jaman Yunani kuno Hippocrates dan keemasan arab Avicenna.
Pernah ada wabah besar di berbagai belahan bumi, dan menjadi terkendali sejak ditemukan antibiotik dan vaksin. Epidemik terakhir baru saja usai di afrika sub-sahara, yaitu pada 1996-1997, yang mengakibatkan terjadi 250.000 kasus dan 25.000 kematian. Mengerikan.
Kini kedokteran sudah berkembang dan lebih siap menghadapi meningitis. Namun demikian tetap saja banyak kejutan. Kedokteran dan layanan kesehatan negara semaju Singapura tidak cukup memuaskan dalam memberikan solusi, apalagi rumah sakit dalam negeri. Jadi, yuk kita upayakan tindakan komplementer dan alternatif, selain upaya preventif dengan langkah-langkah higienis.
DAUN AFRIKA YANG SEDANG MERAJA
Saya, lagi-lagi, dan memang sedang tergila-gila, menawarkan obat penawar berupa daun afrika. Sesungguhnya sama sekali bukan obat penawar, bahkan bukan obat. Namun, percayalah, cukup banyak alasan dan dasar, tentu saja semaksimal mungkin dicarikan yang bersifat ilmiah, untuk melawan penyakit yang menjadi epidemik di afrika tertentu itu dengan tanaman asal afrika juga.
Awalnya orang mengenal khasiat daun afrika dari pengamatan perilaku simpanse. Tanaman ini bukan makanan sehari-hari monyet afrika tanpa buntut itu. Hewan, yang tergolong cerdas dan banyak diajak main film ini, mungkin juga tahu, bahwa rasanya pahit nian. Simpanse memakannya jika sedang sakit infeksi, terutama oleh serangan protozoa dan cacing. Dari contoh oleh alam ini lah, manusia menelaah dan mengembangkan pemanfaatan.
Adakah hasil riset biomedis yang menghubungkan meningitis dan daun afrika? Mari kita simak sebagian jurnal ilmiah tentang ini. Selanjutnya akan kita cari lagi hasil-hasil riset klinis yang lebih mendalam.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi daun afrika akan memperoleh manfaat multi-efek untuk gejala-gejala kompleks terkait meningitis, yaitu anti-inflamasi (anti-radang), pereda sakit, dan meningkatkan imunitas melawan kuman.
Aksi anti-inflamasi daun afrika telah dilaporkan dalam British Journal of Pharmacology and Toxicology terbitan 2013. International Journal of Advanced Pharmaceutical and Biological Sciences telah melaporkan hasil riset yang membuktikan potensi daun afrika sebagai analgesik (pereda rasa nyeri).
Sebuah hasil penelitian ilmiah dilaporkan dalam Global Journal of Biotechnology and Biochemistry tentang ekstrak daun afrika yang terbukti meningkatkan angka CD4+. CD4+ ini merupakan parameter yang digunakan dalam studi imunitas (daya tahan tubuh). Lemahnya sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS, misalnya, biasa dari waktu ke waktu diukur angka CD4+ ini.
Berikut ini grafik yang menunjukkan bukti aksi daun afrika pada sistem imun dengan parameter sel CD4+.
Para peneliti menyatakan bahwa ekstrak air dari daun afrika dengan dosis 200-800 mg/kg berat badan, dalam penggunaan selama 21 hari, meningkatkan jumlah sel CD+ pada tikus percobaan. Karena itu, kata peneliti farmasi dari 2 perguruan tinggi di Nigeria ini, ekstrak air dari daun tumbuhan yang bernama ilmiah Vernonia amygdalina Del. ini dapat digunakan sebagai peningkat daya tahan tubuh (immune booster) pada kondisi kesehatan yang dikompromikan. Begitu.
Sebagai penutup, teringat kata guru saya dulu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Lebih daripada itu, apa pun pengobatan yang sedang dijalani, tidak ada salahnya menjadikan daun yang pahit ini menjadi lalapan penjinak penyakit. Seperti simpanse, jika Anda sakit infeksi, tambahkan sayuran ini sebagai diet, sejauh tidak dilarang dokter.
Jumat, 27 Maret 2015
Daun Afrika, Antioksidannya terbukti tembus masuk ke dalam sel
Daun afrika mengguncang dunia. Mengapa bisa begitu? Para ilmuwan spesialis di Malaysia telah menemukan alasan bukti konsistensi kedahsyatan antioksidan yang terkandung dalam ekstrak air dari daun afrika. Antioksidan yang beragam didapati pada daun afrika ini mampu bekerja tidak saja dalam tataran "teori" yang logis, tetapi praktis empiris.
Setidaknya ada 6 peneliti, dengan latar belakang spesialisasi berbeda, yang menuliskan laporan dalam jurnal bioteknologi yang diterbitkan pada 2012. Mereka adalah Wang Yong Ho, Abdul Hadi Naoman Yousr, dan Noorjahan Banu Alitheen (Department of Cell and Molecular Biology, Universiti Putra Malaysia), Boon Kee Beh (Department of Bioprocess Technology, Universiti Putra Malaysia), Swee Keong Yeap (Institute of Bioscience, Universiti Putra Malaysia), dan Woon San Liang (Spektra Biotek Sdn Bhd).
Potensi ekstrak air dari daun afrika sebagai agen antioksidan in vitro telah lama ditemukan sebelumnya. Pada penelitian ini, mereka melakukan pembuktian kuantitatif atas aktivitas antioksidan daun afrika, tidak saja secara in vitro, tetapi juga in vivo. Pengujian dalam studi ini meliputi DPPH radical scavenging assay, aktivitas superoxide dismutase (SOD), malondialdehyde (MDA) level dan total antioxidant capacity (TAOC).
Pada in vitro DPPH assay menunjukkan bahwa ekstrak daun afrika merupakan agen antioksidan moderat bila dibandingkan terhadap vitamin C. Pada tes in vivo, peningkatan SOD dan TAOC serta penurunan level-level MDA teramati pada organ-organ dan darah dari hewan percobaan yang mendapatkan perlakuan. Disimpulkan bahwa ekstrak daun afrika berpotensi sebagai agen antioksidan yang dapat melindungi sel-sel pada organ terhadap stres oksidasi.
Sebagai kesimpulan, dapat dikatakan bahwa ekstrak semprot kering (dried spray) daun afrika memiliki aktivitas antioksidan, baik in vitro dan in vivo.
Dalam penelitian ini terbukti daun afrika tidak hanya mampu meningkatkan plasma dan tingkat antioksidan sel darah merah, tetapi juga mampu untuk masuk ke dalam sel-sel hidup di organ dan melindungi mereka dari kerusakan oksidatif, setelah 14 hari konsumsi terus menerus. Hal ini dapat digunakan dalam mengompensasi penurunan kapasitas antioksidan total dalam paru-paru dan hati dan meningkatkan tingkat SOD dalam organ dan darah. Secara keseluruhan hal ini berarti daun afrika mampu mengurangi risiko peroksidasi lipid.
Dalam penelitian ini terbukti daun afrika tidak hanya mampu meningkatkan plasma dan tingkat antioksidan sel darah merah, tetapi juga mampu untuk masuk ke dalam sel-sel hidup di organ dan melindungi mereka dari kerusakan oksidatif, setelah 14 hari konsumsi terus menerus. Hal ini dapat digunakan dalam mengompensasi penurunan kapasitas antioksidan total dalam paru-paru dan hati dan meningkatkan tingkat SOD dalam organ dan darah. Secara keseluruhan hal ini berarti daun afrika mampu mengurangi risiko peroksidasi lipid.
Sebagai perbandingan, banyak tanaman lain yang secara in vitro terbukti memiliki kandungan antioksidan, tetapi secara in vivo, di dalam tubuh, aktivitas antioksidan tidak terjadi, atau kalau pun terjadi, tidak signifikan. Misalnya teh hijau, dalam suatu penelitian dibuktikan bahwa total kapasitas antioksidannya baru terbukti signifikan pada tingkatan kadar tertentu yang lebih tinggi. Potensi antioksidan dari teh sering tidak tampak nyata pada kenyataannya.
Langganan:
Postingan (Atom)